Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Rifqi Saifudin

Blogger dan Pelayan Masyarakat

Amarah Harus Disalurkan Bukan Diluapkan

Diperbarui: 23 Januari 2024   19:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Aku adalah orang baperan, aku mengakuinya. Sebagai manusia, aku merasa terlalu sering mengambil hati perasaan orang lain. Di satu sisi aku sering bercanda tapi ketika dibercandain balik, seringkali tersinggung. Tapi aku bangga dengan diriku hari ini, melihati masa lalu yang begitu temperamen, hari ini aku lebih baik.

Menyalurkan, Bukan Menahan

Ada yang bilang amarah layaknya bom waktu, kalau dibiarkan maka suatu saat akan meledak. Makin lama diredam, maka makin dahsyat ledakannya. Dan memang, menahan bukanlah suatu solusi ketika sedang marah.

Diam lebih baik daripada meluapkan sesuatu ketika marah. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi saat marah, diri kita dikendalikan oleh nafsu dan semua hal dapat terjadi. Tapi tadi bilang tidak boleh ditahan, kalau diluapkan pun tidak boleh, apa yang harus kita lakukan?

Hal terbaik adalah diam saat amarah sedang menguasai kita dan setelahnya baru kita salurkan ke kegiatan positif. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan ketika sedang marah agar tidak melakukan hal yang tidak diinginkan.

Menghitung Mundur dari 10

Ketika amarah sedang memuncak, cobalah untuk diam dan hitung mundur dari 10 sampai 1 secara perlahan. Hitungan bisa dilakukan dengan bersuara atau dalam hati tergantung kondisi. Kalau ternyata setelah selesai hitungan masih merasa marah, cobalah untuk mulai lagi.

Tarik Nafas dan Hembuskan

Kalau merasa Lelah dengan menghitung, bisa lakukan hal sederhana Misalnya menarik nafas dan hembuskan. Lakukan secara perlahan dan dalam diam. Biarkan keheningan menyelimuti kita untuk menenangkan diri.

Tidur

Kalau memungkinkan, bisa mencoba untuk tidur. Ini cara yang biasa kulakukan ketika sedang marah. Ini bukan menghindari masalah tapi cara agar amarah kita tidak semakin parah. Sehabis bangun tidur coba untuk menyelesaikan amarah yang ada.

Saluran Amarah

Setelah tenang, baru kita mulai mencoba mencari akar masalahnya. Perasaan yang lebih tenang tentu akan membuat kita lebih rasional dalam pengambilan Keputusan. Amarah yang ada bisa disalurkan ke hal-hal positif. Daripada energi berlebihan yang tiba-tiba muncul ketika marah kita serahkan kepada nafsu, bisa lakukan hal-hal ini.

Produktif

Bagi yang ingin membuat karya, kondisi ketika emosional dapat menjadi salah satu sumber inspirasi. Tapi harus diperhatikan bahwa karya hasil emosional ini bisa sangat liar. Kondisi ketika amarah bisa disalurkan dengan membuat karya tapi jangan langsung ditampilkan pada umum.

Sama seperti menahan amarah, karya yang dibuat saat marah harus ditahan dulu. Nantinya ketika sudah stabil, bisa dilihat lagi untuk merevisi bagian-bagian yang terlalu berbahaya.

Olahraga

Hal lain yang bisa dilakukan adalah dengan berolahraga. Tapi jangan lakukan olahraga yang berkompetisi seperti sepakbola, bulutangkis, apalagi tinju. Ini malah akan membawa bahaya kalau dilakukan dengan amarah. Olahraga yang bisa dipilih adalah olahraga lari atau bersepeda yang tenang dan tidak berbahaya dilakukan sendiri. Walaupun tidak berbahaya, tetap harus diperhatikan untuk mencoba menahan amarah saat berolahraga, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline