Terbuka mata kala fajar tiba
Mentari mengintip malu di balik mega
Kumulai melangkah dan berkelana
Setapak demi setapak di atas bumi yang hina
Tempat di mana manusia saling berlomba
Saling terkam memangsa sesama
Di kolong langit gemerlap dunia
Berebut tahta fatamorgana
Kucoba tak acuh namun percuma
Terbawa arus, tiada daya
Terkoyak seiring masa
Larut bersama waktu nan tersisa
'Tika surya berada di puncaknya
Nanar hati melebur bersamanya
Tiada jua hilang dahaga
Mengejar kenikmatan nan sementara
Surya tergelincir dari tahtanya
Semua sadar kedudukan tak lama
Sesal di hati terlambat, percuma
Senja membayang, amal tak seberapa
Sebelum raga tinggallah raga
Tersadar aku, semua sia-sia
Kuberanjak meski terkoyak dan luka
Tak ingin memupuk sesal, nestapa
Tibalah malam memanggil jiwa
Mereka kembali pada pangkuan-Nya
Kembali dengan sesal tak terkira
Pulang tanpa bekal apa lagi harta
Laun yang dicinta dan mencinta kan lupa
Dunia yang fana tiada dibawa
Semua lenyap semua sirna
Kala maut menjemput paksa
Muhammad Ridwan Na'im
Kota Tangerang, 06 Desember 2019 | 00:30 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H