Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ridwan Naim

Mahasiswa Prodi Teknik Informatika Universitas Pamulang

Puisi Dunia Sementara

Diperbarui: 11 September 2022   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Terbuka mata kala fajar tiba
Mentari mengintip malu di balik mega
Kumulai melangkah dan berkelana
Setapak demi setapak di atas bumi yang hina

Tempat di mana manusia saling berlomba
Saling terkam memangsa sesama
Di kolong langit gemerlap dunia
Berebut tahta fatamorgana

Kucoba tak acuh namun percuma
Terbawa arus, tiada daya
Terkoyak seiring masa
Larut bersama waktu nan tersisa

'Tika surya berada di puncaknya
Nanar hati melebur bersamanya
Tiada jua hilang dahaga
Mengejar kenikmatan nan sementara

Surya tergelincir dari tahtanya
Semua sadar kedudukan tak lama
Sesal di hati terlambat, percuma
Senja membayang, amal tak seberapa

Sebelum raga tinggallah raga
Tersadar aku, semua sia-sia
Kuberanjak meski terkoyak dan luka
Tak ingin memupuk sesal, nestapa

Tibalah malam memanggil jiwa
Mereka kembali pada pangkuan-Nya
Kembali dengan sesal tak terkira
Pulang tanpa bekal apa lagi harta

Laun yang dicinta dan mencinta kan lupa
Dunia yang fana tiada dibawa
Semua lenyap semua sirna
Kala maut menjemput paksa

Muhammad Ridwan Na'im
Kota Tangerang, 06 Desember 2019 | 00:30 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline