Lihat ke Halaman Asli

Lika-liku Bahasa Menjadi Makna

Diperbarui: 24 Juni 2024   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Habib Abdillah Data Pribadi

Sastra adalah sebuah ilmu penyaksi bagi suatu massa dimana para pelaku sastra itu lahir, sastra adalah sebuah kekuatan besar yang menjadi saksi maupun pelaku suatu kaum atau bangsa. Dengan sastra kita dapat melihat suatu potret perkembangan maupun suatu hal yang menjadi penting bagi kehidupan.  Dengan sastra kita dapat merasakan perasaan, dengan sastra kita mendapatkan sebuah perasaan yang berbeda sehingga sastra dapat menjadi objek pembelajaran psikologi manusia, begitupun dengan sastra kita dapat memahami emosi manusia dan mendapatkan rasa empati. 

Tidak hanya itu, dengan sastra kita dapat menggerakan banyak orang dengan sastra pula kita dapat membuat dunia baru yang lahir dengan kalimat maupun kata-kata. Sastra membantu menyadarkan banyak orang tentang hal-hal yang tengah dirasakan, bisa dalam hal hubungan percintaan, maupun dalam hal sosial. Tak heran jika sastra juga menjadi metode untuk melakukan pengungkapan kegelisahan. Namun ada hal lain yang juga menjadi penting yaitu para pembaca. 

Sastra ada karena ada pembaca nya, jika tidak ada maka hanya sebuah kalimat panjang tanpa makna, dengan adanya pembaca makna-makna lain akan lahir dan menjadi istimewa, ini lah yang membuat sastra menjadi sangat berarti bagi beberapa orang. 

Seperti puisi, puisi merupakan sebuah ungkapan perasaan lewat berbagai kalimat, puisi juga menjadi pilihan jalan Ketika suatu kata sulit untuk di ungkapkan. Dengan metafora alam semesta maupun berbagai objek yang di tuliskannya menjadikan puisi tersebut terlihat menjadi lebih menggoda. Puisi juga bukan hanya sebuah kalimat indah yang berisikan tentang hubungan percintaan antara dua manusia. 

Dengan diksi yang tidak hanya mengandung keindahan terkadang dapat kita sebut sebuah puisi, seperti puisi-puisi nakal yang di ciptakan oleh Remy Sylado, yang didalamnya bukan hanya mengandung unsur kata yang estetik, namun begitu menarik untuk di baca, ini di karena kan puisi yang di ciptakan nya mengandung perasaan yang menggunggah. Artinya puisi bukan hanya soal keindahan kata atau kalimat, tetapi bagaimana kita mengemasnya dengan apa dan tujuan apa, dan puisi panjang maupun pendek tidak menjadi persoalan, mengandung kata yang penuh metafora atau tidak, juga dengan kata yang mendayu-dayu bukanlah sebuah hal yang menjadi patokan, tetapi bagaimana puisi ini dapat menyentuh rasa yang tidak dapat di jelaskan bagaimana, namun ada perasaan perasaan yang muncul Ketika kita membaca nya, entah emosi apa yang keluar.

Namun rasa-rasa nya Puisi terlalu luas untuk di buatkan sebuah batasan, puisi terlalu dalam untuk di buat sebuah ukuran, buatlah apapun yang disuka, dengan ada atau tidak nya para pembaca, tulisan akan menemukan pembaca nya sendiri. Artinya puisi yang jelek adalah puisi yang tidak pernah di buat, maka buatlah puisi apapun. Dengan begitu kita lebih menghargai diri sendiri dan karya karya lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline