Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Ridwan

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Islam Sultan Agung

Pembelajaran "Brain Writing" Sastra di SMP Semesta Semarang

Diperbarui: 2 Januari 2023   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam kegiatan pendidikan di sekolah, entah itu jenjang sekolah dasar hingga menengah atas tentu terdapat berbagai macam model pembelajaran di dalamnya. Beragamnya model pembelajaran tersebut dipengaruhi oleh kondisi dari peserta didik, kurikulum yang dipakai, materi yang diajarkan dan inovasi dari guru itu sendiri. Model pembelajaran yang beragam itu membuat kegiatan pembelajaran di sekolah menjadi lebih menarik dan juga asyik. 

Selain itu juga membuat guru tidak kesulitan dalam mengajar siswa yang memiliki banyak karakter di kelas. Salah satu model pembelajaran yang menarik untuk dibahas ialah model pembelajaran Brain Writing di SMP Semesta, sebuah sekolah yang terkenal di Semarang berbasis Boarding atau asrama yang terletak di Gunungpati.

Model brain writing merupakan sebuah model pembelajaran dimana peserta didik menemukan dan saling bertukar ide dengan peserta didik lainnya dalam sebuah kelompok. Model pembelajaran ini diterapkan dalam pembelajaran sastra di SMP Semesta Semarang di kelas 8. Pembelajaran sastra yang dimaksud berupa puisi, prosa (cerpen, cerita rakyat, cerita imajinasi) serta drama.

Pak Afwa yang ditemui beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa model Brain Writing ini merupakan model pembelajaran yang tepat digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dan kerja sama antar kelompok di kelas, apalagi mengingat bahwa materi yang diajarkan berupa sastra yang sering dianggap membosankan bagi banyak siswa. Adapun dalam model pembelajaran ini nantinya, siswa bekerja dalam kelompok dan mendiskusikan isi karya sastra yang diberikan guru berupa video.

Dengan model pembelajaran Brain Writing ini nantinya siswa diharapkan mampu memahami materi sastra dengan baik, bisa bertukar ide satu sama lain, mampu menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra di kehidupan sehari-hari serta mampu berkreasi membuat sebuah karya sastra baru. Hal itu merupakan aspek penilain dari segi pengetahuan dan keterampilan sebagai syarat siswa nantinya lulus dari materi sastra dan mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline