Lihat ke Halaman Asli

Haruskah Percaya Teori Konspirasi

Diperbarui: 2 Agustus 2020   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: newslit.org

Peristiwa besar selalu menyita perhatian publik. Mulai dari bencana alam, kecelakaan, peperangan, hingga kekerasan. Reaksi yang ditimbulkan pun beragam mulai dari ngeri, benci, hingga penasaran. Di sisi lain, yang abstain atau tidak peduli (netral).

Hal itu memunculkan serangkaian gagasan yang memancing siapapun untuk semakin penasaran. Biasanya, argumen yang ditimbulkan bersifat kontroversial karena menimbulkan pro dan kontra. Orang yang berani melontarkan asumsi itu cenderung peka dan berani mengungkap apa yang ada di balik isu tersebut (kritis).

Biasanya, ia menelisik kejanggalan di balik kejadian tersebut termasuk pemberitaannya. Layaknya detektif, Ia akan menyampaikan suatu kritik yang cenderung sinis kepada kelompok tertentu yang sifatnya rahasia namun punya kekuatan dalam mengatur pemerintahan.

Inilah yang seringkali orang hubungkan dengan teori konspirasi. Secara terminologi, teori adalah seperangkat asumsi yang disimpulkan dari fenomena yang ada.Hal itu dikaji dari sebuah kejadian yang berpengaruh besar terhadap kehidupan manusia secara meluas.

Dalam kajian fenomenologi, sebuah peristiwa akan memunculkan kesadaran manusia atas pengalaman yang membentuk dirinya. Pengalaman itu tentu bersifat subjektif dan mampu menyadarkan daya intelektual manusia dengan berfikir secara kritis.

Fenomena munculnya teori konspirasi terbangun atas kesadaran manusia atas kendali 'maha kuasa' kelompok besar dan rahasia. Hal itu mengacu pada sebuah kejanggalan karena adanya unsur kesengajaan. Kejanggalan itu bisa menjadi pembeda antara peristiwa yang bersifat alami dengan peristiwa yang sudah direncanakan.

Kesengajaan itu akan diarahkan sebagai tuduhan ketika sebuah peristiwa besar terjadi. Kelompok besar seperti pemerintah, jajarannya, kelompok intelektual rahasia, mafia, hingga individu merupakan objek sasaran. Hal itu berangkat dari asumsi atas siapa yang berpengaruh dalam mengatur kejadian tersebut dan bagaimana mereka mendapatkan kekayaan dalam jumlah besar.

The Eye of Providence | wikimedia.org

Kita mengenal beberapa kelompok rahasia besar dan berpengaruh secara politik seperti Freemason, Illuminati, Keluarga Rothschild, Keluarga Rockefeller, hingga City of London. Mereka dianggap punya kuasa dalam menjalankan pemerintahan dalam skala global.

Logo Freemasons | wikimedia.org

Logo City of London | wikimedia.org

Baru-baru ini, Bill Gates menjadi tokoh kontroversial di balik isu Covid-19 karena merencanakan penanaman chips dalam vaksin corona. Meskipun dibantah oleh beliau, bukti berupa ucapan pemimpin Microsoft 3 tahun lalu (dunia akan diguncang wabah) menjadi sebuah pengaminan.

Bukti itu diperkuat oleh dokumen berjudul 'Scenarios for The Future of Technology and International Development' dan hubungan Bill Gates dengan Keluarga Rockefeller. Bahkan, situasi pandemi ini dianggap sudah direncanakan 10 tahun lalu. Anggapan bermunculan karena kelompok itu ingin mengembangkan teknologi modern yang semakin memudahkan mobilitas manusia.

Komentar seorang artis tentang Covid-19 menyadarkan kita tentang teori konspirasi. Menurutnya, wabah corona ini sudah direncanakan Bill Gates sejak 2010 dan makin kuat pada tahun 2017. Perencanaan itu seperti proposal pengadaan inovasi teknologi baru seperti data identitas dengan menanam chips dalam vaksin. Selain itu, ia mengeritik media yang membesarkan berita Covid-19 sebagai cara untuk menyesatkan manusia dengan menyebarkan ketakutan publik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline