Lihat ke Halaman Asli

Tuhan Bukan Aladin

Diperbarui: 21 Januari 2016   02:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sangat menarik Felix Guattari saat menganalisa tentang kapitalisme. Bagi dia kapitalisme hanya rasional di permukaan saja, saat kapitalisme merumuskan kebutuhan dan cara merealisasikan nya (produksi, industrialisasi,modernisasi) dengan menggunakan kalkulasi, perhitungan dan prediksi-prediksi.

Namun di balik permukaan yang tampak rasional itu tersimpan kekuatan-kekuatan irrasional yang mengendalikan kapitalisme dari dalam yakni kekuatan hasrat (desire). Hasrat pembiakan modal, ekspansi dan ekstasi pelimpat gandaan keuntungan yang naifnya justru menjadi faktor dominan pada kapitalisme.*

Beberapa saat yang lalu salah seorang rekan di dinding facebook ini men-share wejangan mulia dari salah seorang ustad kondang yang tentu saja juga dianggap mulia tentang bagaimana caranya lepas dari himpitan kehidupan khususnya ekonomi.

Bagi ustad itu jika anda terhimpit secara ekonomi cukup amalkan ini, 40 hari sholat tidak putus-putus, sedekah dan berdo'a. Tidak bolong sholat subuhnya, sholat sunnah rawatibnya, siang siang duha deh, masuk dhuhur dzikir bro begitu seterusnya hingga isya, malem-malem bangun dah tahajjud, mendekatkan diri pada Allah,memohon sepuas-puasnya, ada yang butuh sedekah lo kasihlah tuh berapapun yang engkau miliki, 40 hari pasti dikabulkan, Insya Allah, Allah maha pengasih dan penyayang.

Sekilas di permukaan hal ini rasional rasional saja, syar'i dan barokah. Memang kepada siapa semestinya manusia meminta selain kepada Allah SWT? Allah juga memerintahkan kita untuk meminta dan berjanji akan mengabulkannya kok. Dalam Islam amalan tentang bagaimana memenuhi kebutuhan hidup tak terbilang banyaknya. Apa ada yang salah?

Jika menoleh kembali pada analisa Felix Guattari maka disanalah desir-desir hasrat mulai tumbuh yang akan melumat seluruh semangat keagamaan kita dan menjadi kendali atas seluruh motivasi keagamaan, semangat kapitalisme. Hingga akhirnya lisan dan tampilan jamaah adalah "beragama" namun diselimut ambisi kapital. Agama jatuh ke titik paling gawat darurat "pemuas nafsu ketidaksabaran dan keserakahan". Ritual yang semestinya menjadi jembatan keterbatasan kita mendekati Tuhan menjadi mantra sakti mandraguna untuk melayani seluruh khayalan-khayalan kenikmatan kita tentang dunia. Tuhan menjadi aladin, pelayan seluruh keinginan-keinginan hambaNya.

Sholat adalah mikraj kita pada Allah tujuannya untuk mendekatkan diri kita kepada Allah bukan mendekatkan pada seluruh keinginan-keinginan. Sedekah yah sedekah saja karena memang manusia tak memiliki apa-apa, mengharap imbalan dari sedekah sama halnya engkau percaya bahwa yang memiliki harta dan yang memberi adalah dirimu. Itu jelas syirik karena menganggap ada pemilik kekuatan selain Allah SWT yaitu dirimu sendiri sehingga merasa harus berbalas.

@ram_notes

*artikel mesin-mesin irasionalitas dalam buku Hantu-hantu politik dan matinya sosial, Yasraf Amir Piliang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline