Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa Politeknik Negeri Malang Ciptakan Inovasi untuk Meningkatkan Kualitas Air pada Budidaya Ikan Koi

Diperbarui: 4 Agustus 2024   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto Tim (Dokpri)

Kediri, Indonesia -- Mahasiswa Politeknik Negeri Malang (Prodi D4 Teknik Elektronika -- Kampus Kediri) menciptakan alat inovatif bernama KOPEER (Koi Keeper) yang dapat membantu peternak koi dalam menjaga kualitas air pada proses pemijahan. Alat ini memungkinkan pembudidaya koi memantau dan mengelola kualitas air melalui smartphone secara real time. Disamping itu daya yang dibutuhkan untuk menjalankan KOPEER bersumber dari solar PV dan bisa menjadi listrik cadangan ketika PLN padam untuk menghidupkan aerator dan sistem monitoring.

Kegiatan ini terselenggara lewat kompetisi Program Kreatifitas Mahasiswa yang didanai oleh dikti dengan nama daftar anggota : Daffa Ifani Izzudin, Muhammad Raihan Nafis, Nizar Fairuzaman, Nabila Putri Tsania Balqis, Veri Fajar Mentari dan di bimbing oleh bpk. Guntur Yanuar Astono S.ST., M.T.

Menurut The Business Research Company (2024), pasar koi dunia telah berkembang pesat, dengan nilai yang diprediksi akan tumbuh dari USD 2,33 miliar pada tahun 2023 menjadi USD 2,61 miliar pada tahun 2024. Di Indonesia, analisis Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa nilai ekspor koi melonjak hampir lima kali lipat dalam tiga tahun, dari USD 19,2 ribu pada 2021 menjadi USD 94,3 ribu pada akhir 2022.

Meski begitu, produksi ikan koi di Indonesia masih jauh dari optimal. Banyak benih koi tidak menetas saat pemijahan. Dalam satu kali pemijahan, dihasilkan antara 114.075 hingga 128.516 butir telur ikan koi, namun tingkat penetasan rata-rata di Indonesia hanya 50% - 80%. Sebagai perbandingan, tingkat penetasan benih di Pakistan mencapai 88,9%, dan di Nepal 75,8%.

Kualitas air yang baik sangat penting untuk budidaya koi. Sesuai dengan permasalahan di lapangan kualitas air dalam budidaya koi mengalami fluktuasi akibat faktor lingkungan dan sumber air. Suhu air menjadi salah satu faktor krusial, Dimana jika terlalu dingin dapat menyebabkan penetasan gagal. Faktor lainnya seperti kualitas pH dan kadar oksigen juga berpengaruh besar, di mana kekurangan oksigen dapat menyebabkan stres pada ikan dan menghambat pertumbuhannya.

Sebelumnya, pengujian kualitas air dalam pemijahan koi menggunakan alat manual yang hanya mencakup 1-2 parameter, seperti pH meter dan thermometer dan tidak dapat menampilkan data secara real time. KOPEER hadir sebagai solusi, memantau kadar oksigen, pH, dan suhu dalam kolam pemijahan, serta mengontrol kualitas air agar tetap dalam rentan ideal dimana saja dan kapan saja.

Dengan KOPEER, pembudidaya ikan koi dapat lebih mudah dan praktis memantau kualitas air, meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi ikan koi.

Pengujian Alat di Agung Koi Farm (Dokpri)

Tampilan di Aplikasi Blynk (Dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline