Sate, sebuah hidangan yang menawarkan cita rasa unik lezat dan kompleks, dengan penyajiannya yang terdiri dari potongan daging yang ditusuk dan dipanggang, menjadikannya salah satu ikon kuliner Indonesia yang banyak diminati dan dikenal.
Dari Sabang sampai Marauke, sate memiliki berbagai bentuk dan cita rasa yang mencerminkan setiap daerahnya, salah satunya sate klathak khas Jogja yang mempunyai keunikan dan cita rasanya sendiri yang berbeda dari sate- sate lainnya.
Sate klathak merupakan kuliner tradisional khas Yogyakarta dengan penyajiannya yang menggunakan daging kambing dan diolah dengan cara dibakar dan menggunakan bumbu- bumbu yang sederhana. Daging kambing yang digunakan untuk pembuatan sate klathak ini yaitu daging kambing muda, nama sate klathak diambil dari proses pembuatannya yang di mana bunyi yang muncul saat daging kambing muda ditaburi garam saat dalam proses pembakaran yang berbunyi 'tak tak tak'.
Salah satu warung makan sate klathak yang tak pernah sepi pengunjung adalah Sate Klathak Kang NP. Sate klathak kang NP terletak di Jalan Mayjend Sutoyo No. 44, Mantrijeron, kec. Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sate klathak Kang NP ini memiliki keunikannya tersendiri, jika biasanya sate diolah dengan menggunakan bumbu kacang atau kecap, namun berbeda dengan penyajian sate klathak, hanya diolah menggunakan bumbu garam dan lebih uniknya lagi tusuk sate yang digunakan bukan menggunakan kayu tetapi menggunakan jeruji besi ban sepeda pada penyajiannya.
sumber: Dokumen Pribadi (foto bersama Mas Asan salah satu pemilik Sate Klathak Kang NP)
Asan selaku pemilik warung makan sate klathak Kang NP mengatakan "penyajian sate klathak ini ditemani oleh gulai kambing yang rasanya lebih dominan gurih karena tidak menggunakan kecap dan itu menjadi gabungan rasa yang makin unik karena dari gulai kambingnya sudah sangat gurih ditambah dengan sate klathaknya yang hanya menggunakan bumbu garam saja makin membuatnya nikmat" ujar Asan
Asan juga menjelaskan keunikan dari sate klathak ini, ia mengatakan "untuk sate klathak ini memang saat dibakar tidak sampai matang dan gosong karena memang di situ cita rasa dari sate klathak yang hanya dibakar dengan api besar yang bertujuan agar hanya terbakar di bagian luar saja namun tetap itu sudah matang dan bisa dimakan bersama dengan kuah gulai kambing".
Asan menjelaskan lebih lanjut walaupun memang dibakar dengan api besar yang bertujuan untuk membakar bagian luar tetapi di dalamnya matang karena itu sate klathak punya keunikan dari tusuk satenya tidak menggunakan tusuk dari kayu atau bambu tetapi menggunakan jeruji dari ban sepeda. Tusukan jeruji sepeda ini juga memiliki fungsi untuk membuat daging kambing bagian dalamnya matang karena besi itu kan sifatnya penghantar panas jadi walaupun dibakarnya hanya sebentar dan hanya terbakar di bagian luar tetapi karena jeruji sepeda tersebut bagian dalam pun ikut matang merata. Jelas Asan
Lanjut Asan juga mengatakan "pemakaian jeruji besi pada ban sepeda ini juga untuk mempercepat pengerjaan karena kan langsung menggunakan daging kambing yang fresh jadi harus langsung menguliti dagingnya di situ juga kalo stoknya sudah habis dan langsung dibuatkan sate, maka dari itu pemilihan jeruji besi sepeda ini efektif ketika sedang banyak pelanggan agar tidak kewalahan. kalo misalkan pakai tusukan kayu biasanya lama karena daging kambing yang teksturnya tidak terlalu lembut".
sumber: Dokumen Pribadi (penyajian sate klathak)