Libur Natal dan Tahun Baru 2025 sudah tiba. Sebaiknya, siapkan waktu Anda untuk menonton film yang tak pernah bosan untuk ditonton berulang kali, film The Godfather Trilogy.
The Godfather Trilogy merupakan sebuah karya sinematik yang digarap oleh sutradara legendaris bernama Francis Ford Coppola. Film ini sering dianggap sebagai puncak dari seni perfilman.
Berdasarkan novel karya Mario Puzo, trilogi ini yang dimulai dengan The Godfather (1972), diikuti oleh The Godfather Part II (1974), dan diselesaikan dengan The Godfather Part III (1990).
Film ini bukan hanya sekedar kisah tentang keluarga mafia, tetapi tentang kisah paling epik tentang kekuasaan, pengkhianatan, identitas, dan kehancuran.
Masing-masing film, menggali dimensi manusiawi dari karakter-karakternya dengan kompleksitas yang mendalam dan menghadirkan tema-tema relevan dengan kondisi sosial, politik, dan moral masyarakat.
Oleh karena itu, penulis mencoba mengeksplorasi film tersebut dengan harapan agar kita tidak terjebak pada kecanduan kekuasaan. Mari kita ulas bersama.
Kekuatan dan Kejatuhan Keluarga Corleone
Salah satu tema terbesar yang mengikat trilogi ini adalah konsep keluarga. Hal ini dapat dilihat dalam dua sisi, yaitu perlindungan dan penghancuran.
Keluarga dalam The Godfather bukan hanya unit sosial, tetapi juga pusat kekuasaan. Keluarga Corleone adalah representasi dari apa yang bisa dicapai dengan koneksi, kepercayaan dan loyalitas, serta biaya yang harus dibayar untuk mempertahankan semua itu.
Di The Godfather, kita diperkenalkan dengan Vito Corleone (Marlon Brando), kepala keluarga yang menjadi figur otoritas yang dihormati, bahkan oleh musuh-musuhnya.