Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Rafly Setiawan

Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Tetralogi Buruh Karya Pramoedya Ananta Toer

Diperbarui: 19 Desember 2024   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/30/143823765/mengenang-perjalanan-hidup-pramoedya-ananta-toer?page=all

Tetralogi Buruh adalah salah satu karya monumental Pramoedya Ananta Toer yang terdiri dari empat novel, yaitu Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Sebagai karya yang mencatat perjalanan panjang seorang individu dan bangsa, Tetralogi Buruh bukan sekadar menceritakan kisah perjuangan seorang tokoh melawan penjajahan, tetapi juga menyelami pergulatan sosial, budaya, dan politik dalam konteks kolonialisme di Indonesia.

Pada dasarnya, Tetralogi Buruh tidak hanya fokus pada narasi sejarah perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan Belanda, tetapi juga menggambarkan transformasi sosial yang terjadi dalam masyarakat pada masa tersebut.

Melalui karakter utama, Minke, Pramoedya tidak hanya menyajikan cerita tentang perlawanan fisik terhadap penjajah, melainkan perlawanan ideologis dan intelektual yang melibatkan persoalan identitas, hak-hak asasi, dan kesadaran sosial.

Minke dan Persoalan Identitas Sosial

Salah satu elemen yang paling menonjol dalam Tetralogi Buruh adalah karakter Minke. Seorang pemuda pribumi yang berpendidikan Barat dan berada dalam persekutuan dengan orang-orang Belanda.

Minke menjadi simbol dari ambiguitas identitas seorang pribumi yang terjajah dan terdidik. Keduanya (penjajah dan pribumi terpelajar) berada dalam suatu hubungan yang saling menguntungkan, namun juga penuh ketegangan.

Dalam Bumi Manusia, kita menyaksikan perjalanan Minke sebagai seorang individu yang terbagi antara dunia Barat yang membentuknya, dan identitas pribumi yang menjadi panggilan jiwa.

Minke sering kali terjebak dalam dilema antara menjalani kehidupan sebagai orang terpelajar yang lebih dekat dengan Barat atau berjuang untuk nasib dan hak-hak bangsanya.

Konflik internal yang dialami oleh Minke, mewakili banyak tokoh pribumi lainnya pada masa penjajahan yang harus menavigasi dunia yang penuh ketidakadilan.

Tetralogi Buruh menggambarkan bagaimana penjajahan tidak hanya merampas sumber daya alam, tetapi juga merusak struktur sosial dan budaya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline