Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Rafly Setiawan

Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Prediksi Ekonomi Politik Indonesia 2025

Diperbarui: 25 Desember 2024   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://www.harmony.co.id/blog/seperti-apa-ekonomi-politik-dan-jenisnya/

Pada 2025, Indonesia akan kembali menjadi sorotan dunia, tentu saja bukan karena kita berhasil menemukan solusi atas masalah-masalah pelik yang sudah berlarut-larut, melainkan karena kita berhasil mempertahankan status quo yang penuh dengan paradoks.

Dengan kemajuan yang hanya bisa dilihat di slide presentasi para pejabat. Ekonomi Indonesia diprediksi akan tumbuh, namun pertumbuhannya, seperti biasa akan tetap terjebak di zona aman, yakni cukup untuk menyuap egonya, tetapi tidak cukup untuk menciptakan perubahan yang nyata.

Tahun 2025, mungkin akan lebih semarak dengan perebutan ekonomi, namun tetap diwarnai intrik dan perputaran kekuasaan yang tampaknya tidak pernah usai.

Jadi apakah 2025 akan menjadi tahun kebangkitan Indonesia? Mungkin, tapi lebih seperti membayangkan kebangkitan zombie.

Ekonomi Indonesia Tumbuh tapi tetap Terjajah

Mari kita mulai dengan ekonomi. Pemerintah akan kembali memuji dirinya sendiri karena berhasil mencatatkan angka pertumbuhan ekonomi yang sangat memuaskan, katakanlah sekitar 5,5% (Badan Pusat Statistik, 2024).

Namun sepertinya, angka tersebut hanya setengah cerita. Pertumbuhan ekonomi yang terus terjadi tanpa disertai dengan pemerataan yang signifikan bagaikan sebuah balon yang terus mengembang, tetapi hanya menyisakan udara kosong di dalamnya.

Ekonomi Indonesia pada 2025, kendati terus berkembang, namun akan tetap mengandalkan sektor konsumsi domestik yang rentan terhadap fluktuasi harga dan inflasi. Sektor manufaktur? Entah kenapa sektor ini seperti diterima sebagai "pahlawan" yang tidak pernah muncul di panggung.

Pada tahun 2025, Indonesia akan terus bergantung pada sektor-sektor tradisional seperti komoditas energi (minyak dan batu bara), dengan kebijakan energi yang sangat ramah terhadap korporasi besar dan sangat tidak ramah terhadap keberlanjutan lingkungan.

Kendati ada "rencana hijau" dan "transformasi digital" dalam dokumen-dokumen strategis pemerintah, tetapi kenyataannya kita lebih sering melihat pabrik-pabrik industri besar yang terus beroperasi tanpa mempedulikan dampak ekologisnya.

Misalnya, Indonesia saat ini berada di peringkat 6 dunia sebagai penghasil emisi karbon terbesar (World Bank, 2023). Lalu, siapa yang paling diuntungkan? Tentu saja para pengusaha dan politisi yang menjual masa depan rakyat demi keuntungan sesaat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline