Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Rafly Setiawan

Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Sherly Tjoanda: Simfoni Populisme yang Menyentuh Hati atau Sekedar Cermin dari Realitas Politik Lokal

Diperbarui: 4 Desember 2024   15:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://medan.tribunnews.com/2024/10/25/profil-sherly-tjoanda-istri-benny-laos-yang-akhirnya-maju-sebagai-calon-gubernur-maluku-utara

Tahun 2024 sepertinya bakal dikenang oleh sejarah politik Maluku Utara sebagai tahun yang penuh kejutan. Bagaimana tidak, Sherly Tjoanda (istri dari mendiang Benny Laos) yang sebelumnya mungkin hanya dikenal oleh sekelompok kecil masyarakat yang setia mengikuti dinamika politik lokal, tiba-tiba melambung sebagai pemenang Pilkada di Maluku Utara.

Mungkin kita semua bertanya-tanya, apa yang membuat Sherly Tjoanda begitu istimewa? Apakah dia seorang inovator brilian dalam pemerintahan, atau hanya seorang ahli dalam memainkan simpati publik?

Oleh sebab itu, penulis akan mencoba mengupas kemenangan Sherly Tjoanda dalam Pilkada 2024 di Maluku Utara. Mari kita kupas bersama-sama.

Dari "Siapa Dia" menjadi "Siapa lagi kalau bukan Dia"

Sebelum Pilkada 2024, siapa yang benar-benar mengenal Sherly Tjoanda di luar komunitas politik Maluku Utara? Mungkin dia bukan selebritas politik nasional seperti yang kita harapkan, tetapi dalam dunia politik lokal, siapa yang peduli dengan pengenalan di tingkat nasional? Toh, yang terpenting adalah pengakuan lokal.

Sebagai calon yang muncul dari jalur politik (menggantikan suaminya) yang tak terlalu banyak sorotan dari media, Sherly dengan cepat memanfaatkan ketidakterkenalannya ini sebagai salah satu kartu as dalam permainan politik.

Fenomena ini mengingatkan kita pada teori media massa dan politik yang sering kali diabaikan, bahwa ketidakterkenalan dapat menjadi aset berharga dalam kampanye (Lilleker, 2022).

Dalam analisis politik yang lebih mendalam, ketidakterkenalan sering kali bisa berfungsi sebagai kanvas kosong, dimana publik dapat melukis citra ideal yang mereka inginkan tanpa terganggu oleh latar belakang negatif, yang biasanya melekat pada politikus berpengalaman.

Namun Sherly menyadari bahwa ia tak memiliki rekam jejak panjang, tetapi justru itu yang membuatnya lebih mudah dipoles menjadi calon pemimpin yang penuh harapan (sebagai pengganti mendiang suaminya).

Jangan coba terlalu banyak berbicara tentang Kebijakan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline