Lihat ke Halaman Asli

Paradigma-paradigma dalam Teori Sosiologi Kontemporer

Diperbarui: 6 September 2022   19:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 Pertama kali istilah paradigma dikenalkan oleh seorang fisikawan Amerika Thomas Samuel Kuhn (1922-1996) didalam bukunya yaitu 'The Structure of Scientific Revolution' (1962) yang kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs dalam bukunya berjudul 'Sociology of Sociology' (1970).

Paradigma dalam sosiologi merupakan bagian yang sangat melekat kepada seseorang sosiolog dalam melihat suatu fenomena sosial.

Paradigma dalam sosiologi dijelaskan bahwa terdapat tiga paradigma utama dalam sosiologi, yaitu : Emprisisme/positivisme, konstruktivisme/interpretatif, dan kritisisme/realisme kritis.

Dalam emprisisme/positivisme memandang bahwa adopsi ideal emprisisme tentang ilmu alam, sains dipandang sebagai pengetahuan tertinggi/genuine, metode sains harus diperluas terhadap ilmu-ilmu sosial humaniora, dan ilmu sosial berbasis sains dapat dipakai untuk mengontrol, mengatur, memprediksi perilaku aktor. Emprisisme/positivisme dalam sosiologi menjelaskan August Comte dan tahap pengetahuan, Emile Durkheim (studi tentang bunuh diri), rehabilitas kuantitatif, obyektivitas dan mengamplikasikan bagaimana sains harus bisa dimiliki oleh ilmu sosial. Emprisisme/positivisme menjelaskan ontologi (yang ada sesuatu yang sensible [panca indra]), epistemologi (pengetahuan yang bisa dicapai melalui observasi), dan metodologi: kuantifikasi (fakta sosial independen sebagai obyek).

Konstruktivisme/interpretatif dalam sosiologi menjelaskan Giddens (kehidupan manusia secara esensial dibangun oleh sebuah makna, bahasa dan pemikiran/komunikasi reflektif), Weber (ilmu sosial mempelajari 'meaningful action' as oppose to behavior. [social action]), weber's social actions (tradisional, afektual, rasional, pratikal [pencapaian tujuan]), sociology (meaningful-rasional action [tindakan rasional yang sangat berarti]), ontology (sesuatu yang dimaknai dalam suatu bahasa), epistemologi (pengetahuan yang didapat dalam sebuah proses interprestasi, dan metodologi (merupakan sebuah empati yang mengungkapkan dimensi subyektif sedalam-dalamnya.

Dalam kritisisme/realisme menjelaskan bahwa terdapat underlying structure dalam setiap adanya fenomena, realitas terbagi dalam dua kedalaman yaitu common sense dan realitas saintifik, dan tugas dari pengetahuan adalah mengungkap underlying structur.

Menurut George Ritzer paradigma memilki perbedaan dikarenakan adanya tiga faktor, yaitu: Adanya perbedaan pandangan filsafat yang mendasari pemikirannya, konsekuensi logis dari pandangan filsafat yang berbeda, maka teori-teori yang dibangun dan dikembangkan masing-masing komunitas ilmuwan juga berbeda, dan yang terakhir adanya metode yang digunakan dalam memahami dan menerangkan bagaimana substansi ilmu akan berbeda antar komunitas ilmuwan lain.

Ada 3 paradigma dalam sosiologi menurut George Ritzer, yaitu: Fakta Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial.

  • Fakta Sosial

Dilatar belakangi pemikiran Emile Durkheim dengan landasan karyanya yaitu "The Rules of Sociological Method (1895) " dan "Suicide (1897)". Lalu ia mengkritik sosiologi yang didominasi Comte dengan positivismenya bahwa sosiologi dikaji berdasarkan pemikiran, dan bukan fakta nyata di lapangan. Durkheim menempatkan fakta sosial sebagai sasaran kajian sosiologi yang harus melalui kajian lapangan (field research) bukan dengan penalaran murni.

Teori-teori yang terdapat dalam paradigma fakta sosial, yaitu: teori fungsional struktural, teori konflik, teori sosiologi makro, dan teori sistem.

  • Definisi Sosial

Paradigma dalam definisi sosial dilandasi oleh sebuah analisa Weber tentang sebuah tindakan sosial (social action). Terdapat perbedaan dari analisa Weber dengan Durkheim, jika Weber melihat paradigma definisi sosial sebagai satu kesatuan yang membentuk tindakan manusia yang penuh arti atau makna, sedangkan Durkheim memisahkan struktur dan institusi sosial. Dijelaskan bahwa tindakan sosial merupakan sebuah tindakan individu (agen) yan mempunyai makna atau arti subyektif bagi dirinya dan diarahkan kepada tindakn dari orang lain. Sebaliknya, tindakan individu yang diarahka kepada benda mati atau obyek fisik semata tanpa dihubungkan dengan tindakan orang lain bukanlah suatu tindakan sosial.

Dalam paradigma definisi sosial didukung oleh beberapa teori, seperti: teori aksi, teori interaksionisme simbolik, teori fenomenologi, dan teori etnometodologi.

  • Perilaku Sosial

Dalam perilaku sosial, paradigma ini mengacu pada sebuah karya seorang psikolog Amerika Burrhus Frederic Skinner yaitu "Beyond Freedom and Dignity" (1971). Dijelaskan bahwa paradigma ini dikarenakan memusatnya perhatian pada hubunagan antar individu dan hubungan individu dengan lingkungannya. Paradigma ini menyatakan bahwa adanya obyek studi sosiologi yang konkrit dan realistis merupakan perilaku manusia atau seorang individu yang tampak dan adanya kemungkinan perulangannya. Perilaku sosial merupakan sebuah stimulus dan respon individu (aktor) terhadap lingkungan sosialnya.

Dalam paradigma perilaku sosial teori yang tergabung, yaitu: teori behavioral sociology dengan asumsi reinforcement dan proposisi reward and punishment dan teori (exchange) dengan asumsi selalu ada take and give dalam dunia sosial.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline