Lihat ke Halaman Asli

Bangun Alat Pengering Biji Kopi (Dome Drayer) untuk Desa Sumberdem

Diperbarui: 1 Juni 2021   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Kopi adalah salah satu komoditas perkebunan andalan Indonesia. Dari data statistik 2015 (angka estimasi), Indonesia memiliki luas areal perkebunan kopi 1.254.382 Ha, dengan hasil produksi 739.005 ton. Pada saat ini komoditas kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang banyak dicari dan cukup berpengaruh dalam penambahan devisa non migas di indonesia. Kabupaten Malang merupakan salah satu kabupaten penghasil kopi di Indonesia dan merupakan salah daerah penghasil kopi terbesar ketiga di Jawa Timur. Komoditas kopi sendiri merupakan komoditas yang menyumbang PDRB ekspor non migas terbesar untuk Kabupaten Malang, kuota ekspor kopi di Kabupaten Malang pada tahun 2018 adalah sebesar 66.292 Ton dengan nilai ekspor sebesar US$ 131.113.756,83 jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 11 % dari tahun 2017 yang hanya sebesar 59.104 Ton dengan nilai ekspor US$ 129.266.002,35. Tingginya permintaan kopi Kabupaten Malang baik dari permintaan ekspor dan permintaan dalam negeri juga tidak diimbangi dengan peningkatan produktivitas tanaman kopi, sehingga Kabupaten Malang belum bisa memenuhi permintaan yang semakin bertambah. Kabupaten Malang sendiri harus mengimpor kopi dari daerah dan negara lain untuk memenuhi permintaan tersebut. Pada awal mula sebelum terbentuknya Kampoeng Kopi, disana hanya melayani penjualan kopi yang masih berwarna merah (buah gelondong), hal ini dikarenakan lamanya pengelolahan dan proses pengeringan menggunakan panas matahari, pada musim panas lama pengeringan biji kopi memakan waktu hingga 5-7 hari, sedangkan pada musim hujan lama pengeringannya 1-2 minggu bahkan lebih lama lagi. Lamanya proses pengeringan biji kopi dapat menimbulkan bau dan berkurangnya kualitas biji kopi.

Salah satu metode yang digunakan untuk mengeringkan biji kopi yang digunakan di Kampoeng Kopi Sumberdem menggunakan metode pengeringan alami yaitu penjemuran dengan menggunakan sinar matahari, penggunaan energi matahari sebagai sumber panas pengeringan masih banyak kelemahan karena panas energi matahari tidak terus menerus ada sepanjang hari dan pengeringan tidak dapat dilakukan pada saat musim hujan, kemudian higienis produk juga menjadi kendala karena biasanya penjemuran dilakukan di lahan terbuka, yang hanya dilapisi plastik atau terpal, lantai semen, bahkan ada yang langsung melakukan penjemuran di tanah terbuka tanpa menggunakan alas sehingga mudah terkena kotoran-kotoran seperti binatang, serangga, tanah ataupun krikil.

Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut di rancanglah alat pengeringan menggunakan energi panas matahari. Alat pengeringan menggunakan jenis tipe rak bertingkat dan konveksi paksa menggunakan kipas untuk memperoleh laju perpindahan kalor yang maksimal agar mendapatkan pengering yang optimal.

Perencanaan dan realisasi alat pengering kopi dimulai dari proses studi literatur dan observasi. Studi litratur pada hal ini meliputi membaca dan mengalisis mekanisme perpindahan panas dan untuk observasi langsung dilakukan pengamatan langsung di kelompok tani kampung kopi. Kedua kegiatan ini bertujuan agar nantinya alat yang dihasilkan tepat guna dan dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Tahap selanjutnya adalah proses desain. Tahap ini merupakan tahap untuk merencanakan komponen dan dimensi yang digunakan pada alat pengering biji. Tahap ini juga tidak bisa terlepas dari data hasil studi literatur dan observasi. Setelah desain assembly dan komponen selesai, tahap selanjutnya adalah mulai mencari bahan baku. Adapun bahan baku untuk membuat sebuah alat pendingin yaitu besi hollow dengan ukuran 3x3, besi L 3x3, kayu 2,5 x 2,5 12 lonjor, plastik 14 meter, jaring kawat 6meter, blower 4 buah dan untuk konveksi paksa menggunakan banyuan 4 kipas12 DC 2,5.

Kadar air biji kopi yang telah di proses dari beberapa tahap dari biji kopi yang baru di panen yaitu biji kopi yang masih berwarna merah (gelondong) dengan kondisi kadar air sekitar 60% - 65%, kemudian setelah dikupas kulitnya menjadi kopi gabah dengan kondisi kadar air 50% - 60%, yang kemudian dikeringkan sampai kadar air 50% - 45% kemudian di proses menjadi kopi labu dengan cara pengupasan kulit cangkang dengan nilai kadar air 40% - 45% dan kemudian di keringkan kembali sampai menjadi kopi beras. Pada pengujian menggunakan 4 fan 52 pada saat matahari terik dan dapat mengurangi kadar air sebanyak 19 % selama 7 jam dari nilai kadar air awal 45 %, dari berat massa sampel 21,765gram menjadi 17,629gram. Jadi kadar air yg masih tersisa di dalam biji kopi adalah 26 % dan pengeringan kopi yang semula seminggu menjadi 4 hari.

Hasil pembuatan dan analisis alat yang telah dibuat yaitu semakin cepat kecepatan udara semakin cepat pula proses penurunan kadar airnya artinya banyaknya fan yang digunakan juga mempercepat proses pengeringan biaya pengeringan secara alami dengan menggunakan sinar matahari secara langsung lebih murah, tapi kendala pada musim hujan dan higienis bahan yang di keringkan tidak terjamin karena debu, krikil dan lain-lain.

dokumentasi pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline