Lihat ke Halaman Asli

Peristiwa 18 Mei 1998 Menurut Teori Dialektika

Diperbarui: 26 Desember 2023   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada tanggal 18 Mei 1998, Indonesia mengalami peristiwa yang dikenal sebagai Tragedi Trisakti. Tragedi ini terjadi di Jakarta dan berawal dari demonstrasi mahasiswa yang menuntut reformasi politik dan pengunduran diri Presiden Soeharto, yang telah berkuasa selama lebih dari 30 tahun.

Pada saat itu, mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Jakarta berkumpul di Universitas Trisakti untuk menyuarakan tuntutan mereka. Sayangnya, demonstrasi tersebut berakhir dengan tragis ketika pasukan keamanan membubarkan massa dengan kekerasan. Sebagai akibatnya, empat mahasiswa tewas dan banyak lainnya terluka.

Tragedi Trisakti menjadi pemicu gelombang protes dan demonstrasi di seluruh Indonesia, yang akhirnya mengakibatkan pengunduran diri Soeharto pada 21 Mei 1998. Peristiwa ini memicu transisi politik yang signifikan di Indonesia, dengan pembentukan pemerintahan transisi dan proses reformasi yang mengarah pada pemilihan umum bebas pada tahun 1999.

Peristiwa ini menggunakan teori dialektika yaitu merupakan pertentangan antara sebab dan akibat suatu fenomena atau peristiwa, teori ini mencoba untuk melihat bahwa suatu peristiwa dapat terjadi karena adanya sebab dan akibat. Pandangan dialektika ini di kembangkan oleh Hegel. Menurut Hegel bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan dalam proses sejarah.

Pada 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia menduduki gedung MPR/DPR RI untuk menyampaikan tuntutan agar Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden, sebagai respons atas peristiwa penembakan empat mahasiswa dari Universitas Trisakti pada 12 Mei 1998, yang memicu kemarahan dan solidaritas mahasiswa. Peristiwa ini dianggap sebagai awal dari Reformasi di Indonesia, yang akhirnya mengakibatkan lengsernya Soeharto dari kekuasaan. Selain itu, peristiwa ini juga disertai dengan aksi-aksi unjuk rasa dan kerusuhan di berbagai kota di Indonesia, serta tuntutan untuk dilaksanakannya Sidang Istimewa untuk mencabut jabatan Presiden. Peristiwa-peristiwa ini merupakan titik penting dalam sejarah Indonesia yang mengarah pada perubahan politik dan sosial yang signifikan.

Setelah mahasiswa menguasai Gedung MPR/DPR pada 18 Mei 1998, mereka berdemonstrasi dan mengungkapkan tuntutan agar Soeharto mundur dari jabatannya sebagai Presiden RI. Mereka juga sempat berorasi di dalam gedung DPR. Pada hari berikutnya, 19 Mei 1998, aksi demonstrasi semakin besar dan sebagian mahasiswa bahkan melakukan aksi duduk di atap Gedung MPR/DPR sebagai bentuk protes. Pada 21 Mei 1998, Soeharto akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan presiden, setelah berhari-hari pendudukan gedung oleh mahasiswa dan tekanan dari berbagai pihak.

Teori dialektika dapat membantu menganalisis peristiwa 18 Mei 1998 melalui pemahaman konflik, perubahan, dan interaksi antara kekuasaan dan masyarakat. Dalam konteks ini, teori dialektika dapat digunakan untuk memahami bagaimana konflik antara pemerintah dan masyarakat, serta antara kelas-kelas dan etnis, menciptakan peristiwa penting dalam sejarah Indonesia pada tanggal tersebut. Selain itu, teori dialektika juga dapat membantu dalam menganalisis aspek dramatis dan perubahan politik yang terkait dengan peristiwa tersebut. Dengan demikian, teori dialektika memberikan kerangka kerja yang berguna untuk memahami kompleksitas peristiwa politik seperti 18 Mei 1998 melalui konsep-konsep konflik, perubahan, dan interaksi antara berbagai kekuatan politik dan sosial.

Peristiwa 18 Mei 1998, yang merupakan bagian dari Gerakan Reformasi di Indonesia, dapat dijelaskan dengan teori dialektika. Teori dialektika, khususnya dalam konteks sosial, mengacu pada konsep perubahan melalui konflik dan pertentangan antara kekuatan yang bertentangan. Pada tanggal 18 Mei 1998, terdapat konflik dan pertentangan antara pihak-pihak yang mendukung rezim Orde Baru dan pihak-pihak yang menentangnya, yang akhirnya memicu perubahan dalam tatanan politik Indonesia. Dengan demikian, peristiwa tersebut dapat dilihat sebagai manifestasi dari prinsip-prinsip teori dialektika, di mana konflik dan pertentangan memainkan peran kunci dalam perubahan sosial dan politik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline