Dalam pembahasan masalah tentang Kapitalisas Pendidikan ini perlu terlebidahulu kita memahami arti Kapitalisai tersebut, Kapitalalisme dalam bidang Ekonomi adalah suatu sistem yang lebih menguntungkan pemilik modal dalam memonopoli sistem perekonomian, akan tetapi jika kita membawa dan mengkajinya dalam sitem pendiddikan bahwa faham kapitalisai pendidkan adalah suatu sistem dimana sistem tersebut lebih menguntungkan para pemilik modal dalam menuntut ilmu dengan bermodalkan keunggulannya dalam bidang materi (uang). Sehingga jika hal tersebut terus menerus kita biarkan maka akan tejadi kesenjangan sosial dibidang pendidikan yang dimana para rakyat miskin, anak yatim, pengemis dan anak terlantar lainnya yang secara otomatis berdasarkan sistem tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan pendidikan sama sekali, maka berlakulah orang miskin semakin bodoh dan orang kaya (pemilik modal/kapitalis) semakin pintar dan juga secara otomatis orang miskin semakin miskin dan orang kaya semakin kaya dan karena seperti yang dikutip Jalaluddin Rahmat dalam bukunya yang berjudul “REKAYASA SOSIAL” Menjelaskan hukum, bahwa Pendidkan seseorang mempengaruhi Sumber daya Manusianya (SDM), SDM mempengaruhi Produktifitasnya ,Produktifitas mempengaruhi Penghasilannya dan secara otomasi pula Penghasilan akan Mempengaruhi Pendiikan, maka jika Kapitalisasi Pendidikan terus menerus menjadi sistem maka hukum tersebut pasti akan terus berputar dari masa- kemasa dan karena tidak bisa kita pungkiri bahwa Pendidkan memiliki andil yang sangat besar untuk mengubah hidup dan kesejatraan seseorang.
Tetapi dalam padandangan Psikologis dan penelitian Secara Ilmiah menjelaskan bahwa terdapat Perbedaan antara Mahasiswa yang kuliah dengan hasil kerja kerasnya sendiri dibanding Mahasiswa yang dibiyai oleh orang tuanya, hasilnya ialah Mahasiswa yang kuliah dengan usahanya sendiri lebih cenderung cerdas, tanggap, berani dan lebih tangguh terhadap masalah, dibandingkan Mahasiswa yang dibiyai olehorang tuanya, menurut penelitian ini di karenakan dirinya dikondisikan dan dibiasakan dengan keadaan-keadaan yang sulit sehingga secara otomatis sikisnya (jiwanya) lebi siap untuk bersaing dan berkompetisi dalam bangku perkuliahan. Akan tetapi ini hanyalah penelitian yang berlaku untuk segelintir orang saja dan bagaimana dengan mereka yang secara pereknomian dan Sikisnya (jiwa) tidak mempu bersaing dan Berkompetisi dalam mentut pendidikan. Yang harus dilakukan oleh pemerintah kita iyalah membuka peluang seluas-luas mungkin untuk Pendidkan mereka yang secara Ekonomi tidak mampu untuk bersekolah dengan biaya sekolah yang mahal ditambah lagi dengan uang buku pelajaran dan berbagai kebutuhan-kebutuhan lainnya. Dana ditambah lagi jika mereka ingin melanjudkan studynya ke Perguruan tinggi dengan biaya untuk masuk keperguruan tinggi saja biayanya untuk ukuran mereka sangatlah malah dan ditambah lagi dengan pembayaran dan kebutuhan-kebutuhannya selama duduk dibangku perkuliahan yang semakin hari semakin melejit atau meningkat drastis. Apalagi jika mereka kuliah di perguruan tinggi suwasta yang dimana biaya masuk dan pembayarannya lebih mahal dibanding perguruan tinggi negeri yang relatif lebih murah. Oleh sebab itu kita semu harus segencar –gencarnya menyuarakan dan berteriak sekeras mungkin atas Penolakan kita semua terhadap Kapitalisasi Pendidkan Khususnya di Indonesia kita yang tercinta ini.
Ingat “Tolak Kapitalisasi Pendidkan, pendidkan itu harus Murah”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H