Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Padjar Gemilang

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Prof Dr.Hamka .Jakarta

Komunikasi Non Verbal

Diperbarui: 22 Januari 2023   00:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komunikasi Verbal
Tahun 1938, si remaja Huizinga mungkin sedang sibuk bermain latto-latto bersama teman-temannya,
dalam konsentrasinya memainkan trik helikopter, dia melihat sebuah fenomena filsafat bahwa temanteman di circlenya sangat fokus ngulik permainan tersebut. Huizinga terpaku dan dia berpikir ini adalah
intisari dari manusia itu sendiri, ya mereka suka sekali bermain. Permainan adalah kategori utama
kehidupan. Unsur-unsur utama kebudayaan memiliki asal-usulnya dalam permainan. Penelitian yang
cermat, terutama di bidang sejarah kebudayaan, menunjukkan bahwa suatu distingsi antara permainan
dan keseriusan lebih bersifat superfisial belaka. Sejarah kebudayaan terutama melalui penelitan literatur
menunjukkan bahwa permainan juga bisa dan sering kali dilakukan dengan sangat serius.
Homo Ludens menyampaikan saat itu, esensi manusia bermain digambarkan memiliki estetik dan nilai
etis, memperhatikan manusia lainnya. Namun jaman berganti, sifat dan budaya manusia juga berganti.

Manusia memang bermain pada hakikatnya, namun kalo jadinya bermain-main dengan kebijakan kok
rasanya jadi risih ya. Belakangan kita mendengar kabar, lagi-lagi motor besar atau lebih sering
diistilahkan moge itu mendaraskan lagi syair-syair dewata tentang kebijakan pro eksklusivisme mereka.
Ya, motor gede ingin masuk tol.
Mengutip dari beberapa sumber, penyebutan moge untuk motor gede biasanya mengacu pada,
khususnya, kapasitas mesin yang dimiliki. Besarnya badan atau dimensi motor biasanya beriringan
dengan kapasitas mesin. Dimensi-dimensi yang serba besar tadi masuk dalam kategori ini.
Begitupun dengan harga. Kebanyakan moge memang relatif mahal. Yang kemudian menjadi acuan
sehingga dapat dikategorikan moge pun di berbagai negara tak semuanya sama. Semua sepakat bahwa
penyebutan moge mengacu pada kapasitas mesinnya. Bukan soal dimensi motor atau dari harganya yang
relatif mahal.
Di Indonesia, sepeda motor dikatakan masuk golongan moge jika di atas 250 cc. Ada juga yang
menyebutkan minimal 400 cc, tapi ada juga yang bilang minimal 600 cc.
Seperti di Italia dan Amerika Serikat, motor yang dianggap sebagai moge adalah motor yang kapasitas
mesinnya minimal 600 cc.
Sedangkan di Jepang, motor disebut sebagai moge jika mesin yang digunakan dapat menghasilkan tenaga
minimal 35 dk. Tidak peduli berapa pun kapasitas mesinnya. Namun, melansir dari motorcyclesdata.com,
Jepang membagi pasar roda dua menjadi tiga segmen. Mini bike adalah motor dengan mesin 125 cc hingga
250 cc, small bike adalah motor 250 cc hingga 400 cc, sedangkan big bike adalah motor 400 cc ke atas.
"MOGE"......(yang tececer sepeninggal Uje)..Motor Gede (Moge) : CC besar, bensin boros, tenaga
gede banget, bobot super berat, harga mahal, citra keren, rodanya tetep dua, tetep tak beratap, tak
berdinding, butuh jaket dan mantel serta helm, gak bisa ngangkut anak dan istri. Seharusnya
dikendarai oleh mereka yang berbadan besar berbobot lebih dari 100 kg dengan tinggi minimal
185 cm. dan orang Indonesia jarang yang memiliki ukuran seperti itu. Soal kemampuan membeli,
rata-rata artis bisa beli. bahkan Aming yang ceking kurus kering bisa juga beli. Alm Sophan
Sophiaan dan Uje terlalu kecil untuk moge, sehingga jika terpeleset saja pastijatuh. Karenanya,
para hobist moge cenderung berkelompok dan menggunakan jasa forwarder jka ingin bepergian
dengan mogenya.
Lalu, apa manfaat bagi pemiliknya atau bagi masyarakat ? Nyaris tak ada kecuali hanya sekedar
gagah2an dan kepuasan diri semata. Dalam Qur'an memang tak ada kosakata 'moge', tetapi Allah
membuat istilah sendiri yakni "Al - adiyat " (QS 100). Allah menggambarkan dengan tepat -

menggunakan kiasan kuda perang - bagaimana manusia yang makin bakhil karena kecintaannya
kepada moge yang berlebihan.
Astaghfirullah.., tanpa mengurangi kecintaan saya kepada Alm Uje dan hormat saya terhadap Alm
Sophaan Sophiaan, saya harus jujur mengakui kesempurnaan ciptaan Allah (Qur'an) dalam
membimbing manusia sepanjang zaman,.......wallahua'lam bissawab.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline