Lihat ke Halaman Asli

Bola Kompasiana Membuatku Gila Skizoprenia

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12948098712095971210

[caption id="attachment_82786" align="alignright" width="300" caption="foto by flickr : semuhammadnur@yahoo.co.id"][/caption]OLEH : MUHAMMAD NUR


Bola tak perlu saya jelaskan secara detail anak yang masih berumur balita pun tau bola dan sepak bola, hubungan bola, kompasiana dan saya itulah yang saya akan ceritakan, berawal dari kisah ini maaf aku terpaksa mengambil link untuk mempermudah sekaligus mempercepat tulisan bisa nampang di Kompasiana :http://kesehatan.kompasiana.com/kejiwaan/2011/01/10/pantas-banyak-yang-skizofrenia-psikiater-masih-kurang/
Dua komentar rekan kita kompasianer yang pertama dari Ucoxs El Barton As bar and Simpson : berlebihan istilah Gila, ini bicara penyimpangan norma/budaya baku tepatnya, Kalaupun phisikiater dibutuhkan, apakah phisikiater sudah dapat menjamin orang tersebut tidak menyimpang hihihi … SMP
Komentar kedua dari Dr.Andri,SpKj seorang ahli spesialis kesehatan Jiwa mohon di koreksi kalau salah :Pertama istilah gila untuk merujuk kepada suatu gangguan kejiwaan sudah semakin dihilangkan krn sangat bernada stigmatis, lebih baik menggunakan istilah skizofrenia. Hal ini sudah dipromosikan juga oleh komunitas peduli skizofrenia yang terdiri dari pasien dan para keluarganya.
Kedua, psikiater memang kecil jumlahnya bila dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat secara global menurut persentase (hanya ada sekitar 600 psikiater untuk 250 jutaan penduduk). Bila dihitung secara statistik bahwa pasien jiwa berat saja seperti skizofrenia mempunyai prevalensi 1%, maka bisa dibayangkan kerepotan psikiater. Tapi mengapa pasien yang datang ke psikiater sedikit? Bahkan dibandingkan spesialis lain, psikiater tidak menarik minat para mahasiswa kedokteran sebagai salah satu pilihan spesialisasi. Ini karena tidak semua orang yang mengalami gangguan jiwa pergi berobat ke psikiater.
Yang terpenting adalah informasi yang terus menerus bahwa ggn jiwa itu adalah sesuatu yang bisa mengenai siapa saja.
Terima kasih telah menulis artikel ini

Salam kompasiana,
Andri

Sesuai rencana yang ada yang tercetus didalam kepala saya akan membuat tulisan dengan judul Bola di Kompasiana membuatku Gila, tapi kedua komentar sahabat-sahabat Kompasianer mengingatkan dan memicu saya merobah judul menjadi seperti yang tertera diatas. Apa salahnya jadi pendengar yang baik kalau perlu mendengar dan mengikuti input dari tanggapan yang kedua dari Dr.Andry karena saya yakin masukan itu demi perbaikan dalam kerangka membantu para ahli melalukan sosialisai sedikit demi sedikit menghilangkan kat-kata gila menjadi skizoprenia.
Akan halnya Skizoprania Bola di Kompasiana adalah pengalaman pribadi saya selama bergelut sebagai Kompasianer yang kebetulan bertepatan dengan Ajang Piala AFF 2010 yang menyita perhatian public bola di seluruh pelosok Tanah Air. Demam bola semakin menjadi-jadi saat permainan bola di rasuki gonjang-ganjing perseteruan PSSI dan LPI dan intrik yang kabarnya kental dengan aroma politik.
Kecintaan pada bola semakin menjadi-jadi saat Kompasiana memberikan peluang untuk mencurahkan isi hati dalam bentuk kalimat yang tertulis kedalam salah satu kolom olahraga yang bertajuk Bola, pucuk di cinta ulam tiba, begitulah pemeo lama yang berlaku bagi diri saya.
Bertemu lalu berkenalan dengan Kompasiana adalah anugrah bagi diri saya, mungkin anda bertanya Why ? I answered with certainty, because hobby of writing..so disinilah tempatnya for sharing and conection.
Bergelut dengan kompasiana dan trend permainan sepakbola membuat separuh waktuku tercurah di depan Laptop dan Televisi, berselancar di Kompasiana lalu menonton bola di Televisi suatu perpaduan yang maha sempurna saling terkait, saling melengkapi, saya sadar, kalau sadar tentu belum gila, gila kompasiana dan gila bola harus kuakui, hingga lupa waktu, lupa makan, lupa tidur, lupa mandi , namun aku bahagia**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline