Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Nauval

TERVERIFIKASI

Perawat | Aceh Tulen

Menyusuri Jejak Keislaman pada Masjid Bersejarah di Tanah Aceh

Diperbarui: 8 April 2023   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Madinah Japakeh [dokpri]

Bila kalian berkesempatan datang ke Aceh, maka kunjungilah Masjid-masjid yang ada disana. Kalian akan menemukan berbagai fakta dan hal menarik yang bisa dipelajari. Selain keindahan dan arsitekturnya yang indah. Kalian juga bisa mendengar berbagai kisah menarik dari masjid tersebut.

Pagi ini saya keluar rumah lebih cepat. Karena posisi saya sekarang ini sedang berada di kampung halaman yaitu di Kabupaten Pidie, Aceh. Agenda saya hari ini adalah mengunjungi beberapa Masjid yang mempunyai kisah unik dalam pembangunannya.

Saya hari ini berencana akan berangkat ke Kabupaten Pidie Jaya. Saya mendapat kabar jika disana terdapat Masjid yang usianya sudah ratusan tahun. Meski membutuhkan waktu dua jam lebih untuk pergi kesana, namun saya nekat, saya juga senang melakukan perjalanan seperti ini, sendiri di tempat baru.

Perjalanan pun dimulai. Masjid pertama yang saya singgahi adalah Masjid Raya Labui. Masjid ini masih berada lumayan dekat dengan rumah saya. Hanya butuh waktu 10 menit perjalanan saja.

Saya memilih Masjid ini karena punya nilai sejarah yang unik dibalik pembangunannya.

Masjid Raya Labui atau Masjid Po Teumeureuhom

Masjid Raya Labui [dokpri]

Masjid Raya Labui juga dikenal dengan nama Masjid Po Teumeureuhom. Digagas dan dibangun pada masa Kepemimpinan Sultan Iskandar Muda. Tepatnya pada tahun 1612 Masehi.

Semasa hidupnya Sultan Iskandar Muda sering berpergian untuk memperkuat pasukan Aceh. Sampai pada suatu masa, Sultan Iskandar Muda pun singgah ke Pidie tepatnya di Labui. Disebut dalam sejarah, pada masa pembangunannya, masyarakat Pidie saat itu rela berbaris hingga 30 Kilometer guna untuk mengangkut batu untuk pembangunan Masjid.

Meninggalkan Tongkat Po Teumeureuhom

Setelah selesai pembangunan, Sultan Iskandar Muda pun pergi dan meninggalkan satu tongkat yang dikenal dengan nama tongkat Po Teumeureuhom. Tongkat ini memiliki panjang 1,2 meter dan berat 5 kilogram. Tongkat ini berwarna keemasan dan beruas-ruas layaknya tebu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline