Sebagai seorang milenial, mendapat topik pilihan "milenial mulai bertani" menjadi tantangan dan kesenangan tersendiri bagi saya.
Pasalnya, topik semacam ini sebenarnya sudah sangat lama ingin saya tulis dan bagikan di sini.
Sebelum membahas jauh tentang dunia pertanian ini. Saya ingin menjelaskan sedikit tentang siapa itu petani milenial.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), petani milenial adalah mereka yang berusia 19 tahun sampai dengan 39 tahun. Mereka ini juga melek akan teknologi digital dan mampu mengaplikasikannya.
Masih menurut BPS, petani milenial setidaknya mempunyai beberapa kriteria dasar lain. Seperti, sudah dewasa dan bertanggung jawab, memiliki tekad yang kuat untuk terjun ke dunia pertanian, memiliki pengetahuan dasar tentang dunia pertanian, mampu beradaptasi dengan teknologi digital, memiliki jiwa kewirausahaan, dan memiliki kreativitas.
Dengan memiliki kriteria dasar tersebut nantinya akan sangat berguna bagi petani milenial dalam mengelola lahannya.
Banyak sekali milenial sekarang yang mulai tertarik terjun ke dunia pertanian ini. Namun kendalanya adalah, mereka tidak punya kemampuan dan pengetahuan yang mumpuni untuk menjalankannya.
Meski program petani milenial sekarang ini mulai gencar dilakukan oleh pemerintah, nyatanya masih banyak juga milenial yang enggan terjun dalam sektor pertanian. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan.
Berkaca dari pengalaman pribadi, setidaknya ada tiga alasan menurut saya yang mempengaruhi mengapa milenial tidak mau menjadi petani.
Pertama, Merasa Malu dan Tidak Percaya Diri