Dengan total seluas 30 juta hektar yang dapat ditemukan di seluruh daerah tropis di Afrika, Asia, dan Amerika, bambu dapat memberikan kontribusi penting dalam memerangi perubahan iklim di negara berkembang.
Berikut 5 fakta tentang Bambu dalam membantu memulihkan perubahan iklim.
1. Penyerap Karbon Dioksida yang Sangat Efisien
Bambu memiliki laju fotosintesis yang tinggi karena pertumbuhannya yang cepat. Proses fotosintesis mengubah karbon dioksida dan air menjadi glukosa dan oksigen dengan bantuan sinar matahari. Semakin cepat pertumbuhan bambu, semakin cepat pula proses fotosintesisnya, dan semakin banyak CO2 yang diserap dari atmosfer.
Bambu juga memiliki struktur daun yang memungkinkan penyerapan sinar matahari secara optimal. Daunnya yang lebar dan banyak meningkatkan luas permukaan untuk menangkap cahaya matahari, sehingga fotosintesis dapat berlangsung lebih efisien.
2. Penyimpan Karbon Jangka Panjang
Meskipun beberapa jenis bambu dapat dipanen dalam waktu relatif singkat (3-5 tahun), bambu sebenarnya merupakan tanaman dengan siklus hidup yang panjang. Beberapa spesies bambu dapat hidup hingga 120 tahun. Selama masa hidupnya, bambu terus menyerap dan menyimpan karbon.
Produk yang terbuat dari bambu, seperti bangunan, furnitur, dan kerajinan tangan, dapat bertahan lama. Karbon yang tersimpan dalam produk-produk tersebut akan tetap "terkunci" dan tidak dilepaskan kembali ke atmosfer selama produk tersebut masih digunakan.
Limbah bambu juga dapat diolah menjadi berbagai produk seperti arang bambu dan biochar. Biochar adalah arang yang dihasilkan dari proses pirolisis biomassa, yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan menyimpan karbon dalam tanah dalam jangka waktu yang sangat lama (ratusan hingga ribuan tahun).
3. Pengganti Material Berbasis Fosil
Bambu dapat menggantikan kayu sebagai bahan bangunan, furnitur, dan berbagai produk lainnya. Penggunaan bambu dapat mengurangi penebangan hutan dan deforestasi, yang merupakan penyebab utama emisi gas rumah kaca.