Lihat ke Halaman Asli

muhammadnaufal

Mahasiswa Jogja

Perubahan Gaya Praktik Keagamaan Dalam Era Modern: Perspektif Wade Clark Roof Dalam Teori Spritual Marketplace

Diperbarui: 19 Desember 2024   20:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kajian ustadz Hanan Attaki(sumber foto: Pekalongan news)

Perubahan Gaya Praktik Keagamaan Dalam Era Modern: Perspektif Wade Clark Roof Dalam Teori Spritual Marketplace
(Studi Kasus Pada Kegiatan “Sharing Time” Ustadz Hannan Attaki)

Semakin ke sini semakin ke sana.  Kalimat itulah yang menggambarkan realitas hari ini dimana teknologi sudah mulai mengakar hingga ke dalam gorong-gorong kehidupan manusia. Tak bisa dipungkiri, hal ini melahirkan dampak perubahan sosial yang melesat, terkhusus pada perubahan cara cara keberagamaan hari ini yang semakin canggih. Pada kenyataanya hal ini kemudian melahirkan pergesaran tradisi keberagamaan masyarakat sekarang yang mulai beranjak dari tuntunan tradisionalnya. Dalam analisis Wade Clark Roof seorang sosiolog asal Amerika yang meneliti tentang pembahasan ini, ia melihat pola keberagamaan masyarakat yang semula konservatif tradisional berubah menjadi beragam dan modern.

Di Indonesia yang multi kultural ini, terdapat beragam fenomena cara beragama yang ditunjukkan oleh para masyarakat beragama. Mulai dari cara tradisionalnya hingga cara yang kreatif bermunculan sesuai dengan penyesuaian dirinya dalam perjalanan spritualnya. Pergeseran praktik keberagamaan yang semula masih berbasis pada tuntunan yang konservatif tradisional kemudian beralih menuju yang lebih kreatif dan beragam inilah yang menjadi titik fokus pada tulisan ini. Di Indonesia belakangan ini muncul berbagai macam praktik keberagamaan yang berbeda dengan generasi  - generasi sebelumnya
Salah satu yang akan menjadi fokus kajian dalam tulisan ini yakni mengenai praktik beragama dalam kegiatan “sharing time” yang di mentori oleh ustadz Hanan Attaki Lc. Dalam kegiatan yang mulai bergerak sejak bulan  Maret 2015 ini, ustadz Hanan Attaki menjadi tokoh yang menyampaikan kajian kajian seputar keagamaan dengan gaya yang berbeda seperti biasanya. Metode dakwah yang digunakan dalam kajianya menggunakan penyesuaian terhadap arus perubahan sosial saat ini. Hal ini kemudian yang menjadi daya dorong generasi saat ini dalam mencari penyesuaian perjalanan spiritual mereka dengan perkembangan zaman.
Asumsi dasar dari teori pemikiran sosiologi agamanya  Wade Clark Roof  yang dikutip dari buku  Abd. Aziz Faiz bahwa diterangkan dengan jelas tentang terdapat perbedaan yang tampak antara generasi muda dengan generasi sebelumnya. Generasi sebelumnya dijelaskan dalam proses keberegamaan nya bercorak taken for granted, yang dimana bangunan keberagamaan mereka sangat kokoh dengan ajaran ortodoks  keagamaannya tanpa keraguan sedikitpun (Abd. Aziz Faiz, 2022). Ini kemudian yang menjadi pembeda antara generasi muda setelahnya yang di mana mereka dalam perjalanan keagamaannya masih dalam taraf “pencarian”, Roof menyebutnya dengan isitlah Generation Of Seekers atau dalam terjemahan bahasa Indonesia disebut dengan generasi pencari. Istilah ini mengarah pada individu individu (generasi boomer) yang mencari jalan spiritual mereka sendiri dengan penyesuaian yang lebih fleksibel dan terbuka terhadap dirinya di tengah tengah perubahan sosial yang sangat pesat. Hal ini menurut saya mungkin terjadi sebab kehilangan akan kepercayaan pada institusi konvensional yang melahirkan tragedi tragedi tragis yang membuat kepercayaan publik terhadap lembaga tradisionalnya menjadi terganggu atau melemah.
Lalu apa yang berubah dari praktik keagamaan hari ini dengan sebelumnya? Roof menjawab nya dengan empat jawaban yakni; pertama, terjadi perubuahan pada gaya beragama , kaum muda mulai sedikit beranjak dari gaya keberagamaan tradisional yang terlembagakan sebelumnya (organized religion). Kedua, pergeseran fokus keagamaan menuju spritualitas. Contohnya dari generasi “pencari”,  yang mereka cari dalam keagamaan seperti kedamaaian, ketenangan, dan kebahagiaan dalam hidup. Ketiga, perubahan family patterns.misal pada sebelumnya seorang anak dalam keberagamaannya terpengaruh oleh  orang tuanya namun pada generasi muda, pencarian spritualitasnya mulai lebih independent dalam artian mereka menentukan sendiri jalan spritualnya. Keempat ,terjadinya perubahan moral vision and value. Hal ini melahirkan orientasi  beragama yang semakin beragam dan munculnya nilai nilai baru.
Lalu apa kaitanya dengan kajian “sharing time” ustadz Hannan Attaki? Mari kita bahas menggunakan pisau analisis tentang spiritual marketplace milik Wade Clark Roof. Kegiatan sharing time ustadz Hanan Attaki merupakan kajian yang belakangan ini sedang ramai diikuti oleh generasi muda dan tokoh tokoh selebriti. Ketertarikan pada gaya atau metode dakwah Ust. Hanan Attaki yang kekinian merebut ketertarikan kalangan muda dan selebriti. Selain itu tema tema dakwahnya yang bercorak pop culture juga menjadi basis kuat dalam menjangkau pasar komoditas nya. Misal saja seperti tema dakwah yang akan dilakukan  di Surabaya pada 22 Desember  2024 yang berjudul “NGGA BISA YURA, AKU CAPEK SAMA SEMUA INI”, tema ini merepresentasikan tentang pemuda hari ini yang krisis eksistensi atau health mentality oleh kehidupannya. Ini adalah sebuah perbedaan yang sangat tampak dalam perubahan sosial keagamaan yang ditawarkan dalam metode dakwahnya Ustadz Hanan Attaki, yang dimana sebelumnya dalam kajian kajian dakwah keislaman biasanya berisi tentang penjelasan yurisprudensi (fiqih) dan dasar dasar pemahaman keagamaan. Dalam penjelasan Roof dia memaparkan bahwa pencarian identitas spiritual new generation tersebut di lain sisi di pengaruhi kuat oleh perubahan budaya yang terjadi pada waktu itu yang kemudian melahirkan pergeseran praktik keberegamaan nya.
Di era modern hari ini telah banyak bermunculan outlet-outlet keberagamaan seperti punya ustadz Hanan Attaki yang menyesuaikan dirinya dengan sasaran pasarnya, entah melalui seminar spiritual, majelis shalawatan, toko buku, hingga merambat ke media sosial seperti youtube dll. Perkembangan pasar spiritual yang sudah beraneka ragam ini kemudian membuat generation of seekers bebas untuk memilih jalan spritualnya yang sesuai dengan keiinginan nya. Namun bagi saya ini kemudian nanti yang menyeret dampak pergeseran nilai keagamaan yang mula-mula  bercorak kepatuhan terhadap nilai konevensional kemudian beralih menjadi lebih modern dan kreatif. Seperti yang tertuang dalam buku pengantar postmodernisme milik Hasna Wijayanti  & Rachmawati Hasna (2024: 21), bahwa ‘’corak postmodernisme akan terlihat ketika perginya budaya dari suatu komunitas (agama),di saat di mana tradisi telah di bunuh oleh perluasan kapitalisme.  
Abd. Aziz Faiz di dalam bukunya nya tertuang bahwa, Roof untuk membuktikan adanya perbedaan atau perubahan antara generasi seekers dengan generasi sebelumnya, dapat dilihat dari beberapa hal berikut seperti : Tuhan atau yang suci, pengembangan diri, perjuangan, tubuh, dan identitas (Abd. Aziz Faiz 2022 : 169). Generasi seekers hari ini dalam kajian ustadz Hanan Attaki terdapat perbedaan dalam proses pencarianya dengan generasi sebelumnya.  Seperti pada tema mengenai Tuhan atau yang suci; generasi sebelumnya pemahaman dan pengalaman agamanya lebih berlandaskan pada tradisi dan kewajiban yang sudah mapan, sedangkan pada generasi muda atau pencari saat ini dalam pencarian pemahamannya cenderung lebih personal dan lebih dekat dengan kesehariannya mengenai Tuhan. Dalam konteks pengembangan diri, generasi sebelumnya lebih mengarah pada pengembangan diri yang lebih terstruktur, berhubungan pada pencapaian seperti pendidikan, pekerjaan, dan status sosial. Sedang pada generasi seekers, ustadz Hanan lebih sering berbicara tentang “self-care” atau pengembangan diri yang lebih mengarah pada perawatan pikiran, jiwa, dan mental yang sering menjadi permasalahan generasi sekarang. Pada bagian Perjuangan, generasi seekers ini membedakan dirinya dengan sebelumnya dimana tantangan nya lebih kompleks sebab pengaruh modern ini, sehingga dalam kajianya ustadz Hanan sering membahas tentang perjuangan mencapai ketenangan batin, penguatan mental, dan istiqamah dalam melawan hawa nafsu di era modern ini. Tema tentang tubuh dalam analisis Roof bisa kita lihat pada penjelasan ustadz Hanan mengenai generasi muda yang ditekankan harus lebih  “care” pada kesehatan tubuh, mental dan pikiran agar membantu menyokong ke stabilan iman. Yang terakhir mengenai tema identitas, ini adalah salah satu perbedaan yang paling tampak yang dimana generasi hari ini dalam pencarian identitas lebih plural dan terbuka. Ini adalah pengaruh perubahan sosial, globalisasi, dan media sosial yang kemudian membentuk penyesuaian dalam pencarian identitasnya.
Kesimpulanya, perubahan praktik keagamaan ini dirangsang oleh keinginan generasi muda sekarang untuk mencari jalan spritualnya yang lebih individualistis dan terbuka dalam merespon perkembangan zaman yang membuatnya berbeda dari generasi sebelumnya. Sejalan dengan perkataan Wolfgang von Goethe yang berbunyi “Man is not the child of his parents, but the child of his time” yang memiliki makna bahwa seorang individu tidak hanya dipengaruhi oleh orang tua mereka namun juga dipengaruhi oleh kondisi sosial, budaya dan nilai nilai yang terdapat dalam masyarakat yang mereka temui pada zamanya atau bisa dibilang mengikuti zaman. Wade clark Roof pun dalam asumsi dasarnya mengenai teori spiritual marketplace ini berbicara bahwa perubahan praktik keberagamaan ini lahir dari generasi boomers pasca perang dunia kedua yang mulai mencari penyesuaian cara beragama nya yang lebih plural dan sesuai dengan kebutuhannya. Ustadz Hanan Attaki kemudian menawarkan produk dakwahnya yang berusaha menjembatani  dua perbedaan generasi ini dengan memberikan panduan yang berfokus pada keseimbangan antara agama dan kehidupan modern, serta spritualitas yang lebih dekat dalam kehidupan sehari hari. Hal ini membuat kita merefleksikan tentang dunia modern hari ini yang sangat gelap kektika tidak adanya lampu penerang berupa agama dalam kehidpuan kita hari ini. Apa yang disampaikan Kierkegaard cocok sebagai penutup tulisan ini bahwa ”hanya keyakinan pada Tuhan yang bisa menghapuskan ketidaberanian eksistensi Anda; hanya kebangkitan kembali agama, dan melepaskan akal, yang bisa menghentikan rasa gelisah dan ketidakberdayaan bagi individu dalam dunia modern”.
 
Daftar pustaka

Faiz, Abd. Aziz. 2022. Paradigma dan Teori Sosiologi Agama. dari Sekuler ke Pos-Sekuler. Yogyakarta: SUKA-press.
Wijayanti, Hasna & Rachmawati Hasna. 2024. Pengantar Post Modernisme. Yogyakarta: Anak Hebat Indonesia.
Lavine, T. Z. 2020. From Socrates to Sartre. Immortal Publishing Imprin Shira Media Group.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline