Lihat ke Halaman Asli

Sedikit Kekacauan, Tetapi Masih Bisa Ditonton: Review Film Sampai Nanti Hanna

Diperbarui: 8 Desember 2024   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: https://www.instagram.com/sampainantihanna/

Review Film Sampai Nanti Hanna

(Semarang)

Film "Sampai Nanti Hanna" akhirnya telah tayang di bioskop Indonesia per 5 Desember 2024, dan penulis kali ini berkesempatan untuk menikmati sebuah tontonan karya Agung Sentausa ini.

            Film ini berlatarkan bandung di tahun 1980-1990an yang mengisahkan kehidupan perempuan bernama Hanna, seorang aktivis mahasiswa yang vokal dalam menyuarakan isu-isu politik dan aspirasi mahasiswa, namun semua sikap vokalnya tersebut berubah 180 derajat tatkala ia harus menjadi seorang istri sekaligus menjadi seorang ibu dari laki-laki yang tidak dicintainya, dan membuat sikapnya berubah menjadi seseorang yang tidak dapat menikmati hidup secara mandiri, sedangkan di sisi lain, sedangkan di sisi lain teman seangkatannya bernama Gani juga mengalami konflik cinta yang rumit dengan istrinya yaitu Saras. Jadi secara garis besar film ini mengisahkan kisah Hanna yang sekian lama dengan Gani, namun mulai menemukan kenyamanan kembali setelah melalui perjalanan hidup penuh lika-liku.

            Secara alur cerita, film ini menggunakan alur cukup cepat, dimana awal-awal film perkenalan tokoh Hanna yang baru saja berkenalan dengan Gani, kemudian tiba-tiba datang seseorang masuk ke dalam kehidupannya dan menjalin rumah tangga, mempunyai anak, dan pertemuan kembali dengan Gani, semua itu terkesan cepat dan tidak tertata dengan rapi.

            Kemudian hal yang mungkin bisa menjadi perhatian adalah masalah motivasi karakter, yang entah mengapa terasa masih di sekitar permukaan, tidak terlalu mendalami perasaan mengapa Hanna bisa merasa tertekan begitu saja, kemudian mengapa Gani seolah belum bisa melupakan Hanna, semua itu masih terasa terlalu cepat.

            Namun sekali lagi, ini hanyalah pendapat dari seseorang yang masih awam dengan dunia perfilman, akan tetapi hal itu yang penulis rasakan selama menonton film. Bukan berarti film ini tidak bisa dinikmati, namun mungkin perlu sedikit menurunkan ekspektasi ketika ingin menonton dan merasa relate dengan apa yang dialami oleh korban.

            Skor akhir yang bisa penulis berikan untuk film ini mungkin 5/10, tentu hal ini mungkin terasa berbeda pendapat dengan penonton lain, namun sila tinggalkan pendapat di kolom komentar. Terima kasih dan mohon maaf apabila tulisan yang dibuat kurang berkenan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline