Lihat ke Halaman Asli

Sandwich Generation dan Masalahnya, Review Film Home Sweet Loan

Diperbarui: 4 Oktober 2024   02:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

"Orang biasa kaya Gua yang pingin punya sesuatu milik sendiri aja, harus bermimpi terlebih dahulu."

*Perhatian! Ulasan ini bersifat subjektif. Bila ada ketidaksamaan dan perbedaan pendapat, maka bisa didiskusikan di berbagai tempat.

Kurang lebih seminggu ini film Home Sweet Loan terpampang di berbagai bioskop yang tersebar di Indonesia. Film yang disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie ini merupakan adaptasi dari novel Almira Bastari dengan judul yang sama telah tayang sejak 26 Septeber 2024.

Film ini berkisah tentang kehidupan seorang anak bungsu bernama Kaluna yang bekerja sebagai seorang model, pegawai, sekaligus seorang penasihat perusahaan yang bekerja di ambang gaji UMR Jakarta yang memimpikan memiliki sebuah rumah sendiri untuk dirinya tinggal.

Namun di Tengah usahanya untuk mengumpulkan pundi-pundi uang guna membeli rumah yang tergolong mahal untuk daerah Jakarta sebagai latar tempat, ia harus terbebani dengan embel-embel Sandwich Generation di tengah-tengah kehidupan keluarganya. 

Hak-haknya di rumah yang ia anggap sebagai tempat pulang juga mulai terenggut satu persatu dengan adanya kehadiran kedua orang kakak-kakaknya yang sudah menikah dan memiliki anak namun tidak kunjung pisah dari orangtua.

Banyak tantangan yang harus dihadapi oleh tokoh Kaluna yang diperankan oleh Yunita Siregar sebagai pemeran utama, entah tantangan dari pihak calon pasangan hingga keluarga yang terlilit utang, namun semua itu ia hadapi dan mencoba untuk mengikhlaskan apapun yang telah terjadi dalam hidupnya dan mulai mencoba untuk menata ulang hidupnya yang baru.

Tema besar yang diangkat dari film ini adalah bagaimana seorang Sandwich Generation mepunyai impian untuk memiliki rumah sendiri. Adapun subtema yang diangkat dari film ini mengangkat isu tapera, dan pinjol yang sedang gempar di masyarakat. Hal ini bisa menjadi Applause bagaimana cara produser ataupun siapapun yang terlibat untuk memasukkan isu-isu terkini ke dalam film.

Secara keseluruhan film ini bagus, namun di beberapa momen iklan yang muncul di film ini terkesan agak memaksa walaupun masih tetap enak untuk ditonton, tidak hanya itu beberapa musik yang digunakan kurang tepat untuk menggaambarkan momen di saat film berjalan, namun sebagian besar telah diletakkan dengan baik.

Overall: 7.5 atau 8/10.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline