Dalam beberapa dekade terakhir, seperti yang kita tau bahwa citra Islam di mata dunia mulai menurun khususnya di negara-negara Barat. Hal ini terjadi atas kejadian panjang sejarah peradaban manusia di bagian Barat. Berawal dari abad kegelapan dimana masyarakat dikekang oleh dogma-dogma gereja. Dogma-dogma yang diajarkan oleh gereja, telah dicampur-tangan oleh penguasa saat itu. Hal ini mengakibatkan kebijakan-kebijakan yang "mengurung" masyarakat saat itu.
Setelah terjadi renaisans atau abad pembaruan, masyarakat mulai meninggalkan dogma-dogma agama bahkan tidak mengakui adanya tuhan. Hal ini yang membuat agama mulai dijauhi oleh masyarakat, tak terkecuali Islam. Masa kejayaan Islam pada dasarnya sudah mulai menurun sejak Kerajaan Ottoman hancur. Kemunduran Islam tentu bukan berdasarkan hal itu saja, namun ada 5 faktor menurut (Manan, 2020) yakni konflik dengan umat Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, krisis ekonomi, sistem peralihan kekuasaan yang tidak jelas, serta keterpencilan. Belum lagi ditambah adanya konflik internal antar mazhab Syi'ah dan mazhab Sunni yang membuat Islam semakin pudar kejayaannya (Nasution, 2017).
Citra Islam semakin memburuk sejak terjadinya tindakan terorisme 11 September 2001, hal ini mengakibatkan munculnya pandangan bahwa terorisme yang terjadi diakibatkan oleh orang Islam (Risqan, 2018). Munculnya citra Islam sebagai teroris ini dapat berkembang dengan bantuan media. Di dalam artikel yang sama, penulis menjelaskan bahwa media-media negara Timur memiliki pamor yang sedikit dibandingkan media Barat, sehingga narasi-narasi tentang Islam yang sebenarnya tidak dapat tersampaikan kepada masyarakat Internasional.
Sebagai umat muslim, perlu diadakan pelurusan pandangan masyarakat terhadap Islam. Antropolog sebagai seorang yang ahli dalam "masuk" ke dalam masyarakat tentunya dapat membongkar cara pikir dan cara pandang masyarakat yang dimasuki olehnya. Maka dari itu, antropolog muslim bisa saja menjadi salah satu cerminan dari umat Islam dengan menerapkan nilai-nilai Islam yang telah tercantum ke dalam Al-Qur'an dan Hadits.
Talal Asad merupakan seorang antropolog muslim yang lahir pada April 1932 di Madinah dan hingga saat ini masih hidup. Di sepanjang karirnya sebagai antropolog, dirinya memfokuskan kajiannya pada agama dan permasalahan yang terjadi didalamnya. Salah satu karya terbesar yang ia publikasikan adalah buku berjudul "Genealogies of Religion" tentang hegemoni agama yang terbentuk di Barat. Dalam buku tersebut, (Turner & Asad, 1994) menjelaskan bahwa agama telah mengalami perubahan semenjak reformasi kristen saat abad renaisans, dimana agama yang dulunya represif dan totaliter berubah menjadi lebih ramah. Hal ini yang mengawali adanya sekularisme. (Asad, 2003) juga membahas terkait sekularisme dalam bukunya yang berjudul "Formations of the Secular". Ada 4 poin penting didalam buku tersebut, yakni :
1. Sekularisme bukan hanya memisahkan antara ranah publik dan ranah pribadi, namun tentang praktiknya sendiri dimana seseorang dapat melakukan praktik yang berbeda dengan orang lain dari agama yang sama.
2. Sekularisme Eropa membuat agama dan ritualnya menjadi ranah privat sehingga agama tidak dapat lagi dikategorikan ke dalam unsur budaya.
3. Dalam konstitusi Eropa modern, umat muslim diperlakukan sebagai minoritas yang harus ditoleransi atau dibatasi, tergantung kebijakan negara.
4. Terdapat kontras antara praktik Islam dengan konstitusi sekuler Eropa yang membuat arti dari sekularisme sendiri berubah.