Surabaya, 16 Juni 2024 --- Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang diberlakukan pemerintah per 15 Juni 2024 memicu lonjakan harga sejumlah kebutuhan pokok di pasar tradisional dan supermarket di Surabaya. Menurut data yang dihimpun dari Asosiasi Pedagang Pasar Surabaya, harga beras, minyak goreng, dan sayur-mayur mengalami kenaikan hingga 15%. Kenaikan ini diperkirakan akan terus berlanjut seiring dengan meningkatnya biaya transportasi dan distribusi.
Di Pasar Keputran, Surabaya, para pedagang mengeluhkan peningkatan biaya operasional akibat kenaikan harga BBM. "Harga cabai dan bawang naik tajam. Ini karena biaya pengiriman dari petani ke pasar lebih mahal," kata Sudirman, seorang pedagang sayur. Ia menambahkan bahwa pelanggan kini lebih selektif dalam berbelanja dan mengurangi jumlah pembelian. "Dulu bisa beli 2 kilogram, sekarang hanya 1 kilogram," tambahnya.
Pengamat ekonomi dari Universitas Airlangga, Dr. Rizky Santoso, menyatakan bahwa dampak kenaikan harga BBM ini sangat signifikan terhadap inflasi. "Kenaikan harga BBM langsung mempengaruhi biaya logistik yang kemudian berimbas pada harga barang-barang di pasar. Ini tentu menjadi tantangan bagi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga," ujar Dr. Rizky. Ia juga menambahkan bahwa langkah-langkah pengendalian harga dan subsidi bagi kelompok masyarakat rentan harus segera diambil untuk mengurangi dampak negatif ini.
Sementara itu, pemerintah berjanji akan segera mengeluarkan paket kebijakan untuk mengatasi dampak kenaikan harga BBM ini. Menteri Keuangan, Sri Mulyani, menyatakan bahwa pihaknya sedang menyiapkan skema bantuan langsung tunai bagi keluarga miskin serta insentif bagi sektor transportasi. "Kami memahami kesulitan yang dihadapi masyarakat dan sedang bekerja keras untuk memberikan solusi terbaik agar daya beli masyarakat tetap terjaga," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di Surabaya.
Selain itu, Kementerian Perdagangan juga tengah melakukan pemantauan ketat terhadap distribusi barang kebutuhan pokok untuk mencegah penimbunan yang dapat memperparah situasi. "Kami akan menindak tegas pihak-pihak yang terbukti melakukan penimbunan barang. Ini untuk memastikan pasokan tetap stabil dan harga tidak melonjak lebih tinggi," ujar Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi.
Di sisi lain, masyarakat berharap agar pemerintah dapat segera menstabilkan harga dan memberikan kepastian terkait langkah-langkah yang akan diambil. Nurhayati, seorang ibu rumah tangga di Surabaya, menyampaikan kekhawatirannya, "Setiap kali harga BBM naik, pasti harga-harga ikut naik. Padahal, pendapatan suami saya tidak ikut naik. Ini sangat memberatkan." Nurhayati mengaku harus lebih mengencangkan ikat pinggang dan mencari cara untuk menghemat pengeluaran sehari-hari.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat juga turut memberikan masukan kepada pemerintah. Direktur Eksekutif LSM Kesejahteraan Rakyat, Andi Wijaya, menyatakan perlunya program-program jangka panjang yang bisa membantu masyarakat beradaptasi dengan kondisi ekonomi yang berubah. "Bantuan jangka pendek memang diperlukan, tapi kita juga butuh solusi yang berkelanjutan agar masyarakat bisa mandiri dan tidak terlalu bergantung pada subsidi," ujarnya.
Peningkatan harga BBM ini juga berdampak pada sektor industri di Surabaya. Banyak pabrik yang mulai mengkalkulasi ulang biaya produksi mereka. Di sektor manufaktur, perusahaan-perusahaan mulai mencari cara untuk efisiensi energi agar bisa menekan biaya operasional. "Kami sedang mengkaji penggunaan sumber energi alternatif seperti gas atau listrik untuk mengurangi ketergantungan pada BBM," kata Hendrianto, manajer operasional di sebuah pabrik tekstil di Surabaya. Ia juga menekankan pentingnya inovasi dalam proses produksi untuk menghemat energi.
Sementara itu, para pengusaha angkutan umum di Surabaya juga mulai merasakan dampak dari kenaikan harga BBM ini. Banyak dari mereka yang mengaku sulit untuk menutupi biaya operasional tanpa menaikkan tarif. "Kami harus menaikkan tarif, tapi di sisi lain, kami takut kehilangan penumpang karena tarif yang terlalu tinggi," ujar Joko, seorang pengemudi angkot di Surabaya. Menurut Joko, beberapa rekannya sudah mulai mencari pekerjaan lain karena penghasilan dari mengemudi angkot tidak lagi mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Pemerintah diharapkan dapat segera mengambil langkah-langkah strategis untuk menekan dampak negatif dari kenaikan harga BBM ini. Selain bantuan langsung, perlu ada kebijakan yang mendorong efisiensi energi dan penggunaan sumber energi terbarukan untuk jangka panjang. Dengan demikian, diharapkan dapat tercipta stabilitas ekonomi yang lebih baik dan kesejahteraan masyarakat yang terjaga. Upaya kolaboratif antara pemerintah, swasta, dan masyarakat diperlukan untuk menghadapi tantangan ekonomi ini secara efektif dan berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H