Kebakaran Lahan? Tidak Lagi! Pemetaan Air di Limbung Jadi Solusi Efektif
Lahan gambut merupakan salah satu ekosistem yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan lingkungan, terutama di wilayah tropis seperti Indonesia. Namun, lahan gambut yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sumber bencana ekologis seperti kebakaran hutan dan lahan, serta degradasi lingkungan yang berakibat fatal bagi masyarakat desa yang bergantung pada lahan tersebut. Salah satu daerah yang menghadapi tantangan dalam pengelolaan lahan gambut adalah Desa Limbung, Kecamatan Sungai Raya.
Dalam artikel berjudul Water Management Zone Mapping on Peatland in Limbung Village, Sungai Raya District, Qishtamy Wahyu Alyaminy, Rossie Wiedya Nusantara, dan Ari Krisnohadi (2024) menyoroti pentingnya pemetaan zona pengelolaan air sebagai pendekatan strategis untuk mengoptimalkan produktivitas lahan gambut dan mencegah kebakaran. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan pemetaan zona air yang efektif, risiko kebakaran lahan dapat diminimalkan, dan lahan gambut dapat dikelola secara berkelanjutan. Studi ini melibatkan analisis lahan di berbagai zona yang mencakup pemantauan kedalaman air tanah dan kanal, serta vegetasi yang ada di sekitar area penelitian.
Hasil dari penelitian ini sangat relevan bagi pembangunan desa karena mendukung upaya konservasi dan restorasi ekosistem yang dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat desa, termasuk peningkatan ekonomi berbasis lahan gambut yang dikelola dengan bijak.
***
Penelitian Alyaminy et al. (2024) memaparkan pendekatan baru dalam pengelolaan lahan gambut melalui pemetaan zona air. Studi ini dilakukan di Limbung, sebuah desa yang sangat bergantung pada produktivitas lahan gambut untuk kehidupan sehari-hari. Dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang komprehensif, para peneliti memetakan berbagai zona lahan gambut berdasarkan kondisi hidrologisnya, mulai dari kedalaman air tanah hingga kepadatan vegetasi.
Data dari penelitian ini menunjukkan bahwa zona-zona dengan kedalaman air tanah yang terlalu rendah lebih rentan terhadap kebakaran, sementara zona dengan manajemen air yang baik mampu mempertahankan produktivitas lahan dan meminimalkan risiko kebakaran. Sebagai gambaran, pada tahun 2023 terjadi kebakaran besar di lahan gambut di sekitar Desa Limbung yang menyebabkan kerugian ekonomi signifikan bagi petani lokal. Data dari penelitian ini sangat penting untuk menghindari bencana serupa di masa depan.
Selain risiko kebakaran, pemetaan zona air juga berkontribusi pada peningkatan produktivitas lahan. Berdasarkan data lapangan, lahan gambut dengan pengelolaan air yang baik mengalami peningkatan produktivitas hingga 25% dalam beberapa musim tanam. Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa vegetasi asli yang tumbuh di lahan gambut dapat dipertahankan dan direstorasi melalui pengelolaan air yang tepat. Upaya ini tidak hanya menjaga keberlanjutan lingkungan tetapi juga membuka peluang ekonomi baru, seperti budidaya tanaman endemik yang memiliki nilai ekonomi tinggi.
Restorasi lahan gambut di Desa Limbung juga memiliki implikasi yang lebih luas dalam konteks mitigasi perubahan iklim. Lahan gambut yang rusak adalah salah satu sumber emisi karbon terbesar, tetapi melalui pendekatan seperti pemetaan zona air dan restorasi vegetasi, lahan tersebut dapat berubah menjadi penyerap karbon yang efisien. Menurut Alyaminy et al. (2024), restorasi ekosistem gambut melalui metode ini dapat mengurangi emisi karbon hingga 30% dalam periode waktu tertentu, memberikan kontribusi nyata terhadap pencapaian target emisi karbon nasional Indonesia.
***
Penelitian Alyaminy et al. (2024) menggarisbawahi pentingnya pemetaan zona pengelolaan air sebagai pendekatan strategis untuk menjaga keberlanjutan ekosistem lahan gambut di Desa Limbung. Dengan mengelola air tanah dan vegetasi secara tepat, risiko kebakaran dapat ditekan, produktivitas lahan dapat ditingkatkan, dan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti emisi karbon, dapat diminimalkan.