Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Mumtaz

Pelajar/Mahasiswa

Hindari Risiko! QRIS, Pilihan Tepat Transaksi Aman Tanpa Kontak Fisik Saat Pandemi

Diperbarui: 4 September 2024   20:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hindari Risiko! QRIS, Pilihan Tepat Transaksi Aman Saat Pandemi

Pandemi COVID-19 memicu perubahan besar dalam perilaku masyarakat, terutama dalam hal transaksi keuangan. Salah satu inovasi teknologi yang sangat penting di masa ini adalah QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), yang diperkenalkan untuk mengurangi kontak fisik selama transaksi dan membantu mengurangi penyebaran virus. Artikel berjudul Technology Acceptance Analysis Using UTAUT: A Study of QRIS Acceptance during the Pandemic oleh Prasetya et al. (2024) menganalisis adopsi QRIS di wilayah Jabodetabek, dengan fokus pada faktor-faktor yang memengaruhi penerimaan masyarakat terhadap teknologi ini. Penelitian ini melibatkan 384 responden, dengan temuan yang menunjukkan bahwa variabel risiko yang dirasakan (perceived risk) menjadi faktor paling signifikan dalam adopsi QRIS selama pandemi. Sebanyak 81% responden menggunakan QRIS secara sukarela selama masa krisis kesehatan, sementara 8,3% menggunakan karena protokol kesehatan. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan untuk meminimalkan kontak fisik, QRIS menjadi solusi yang relevan dalam mendukung protokol kesehatan sekaligus mendorong transformasi digital. Hal ini penting tidak hanya untuk melindungi kesehatan masyarakat tetapi juga untuk mendukung stabilitas ekonomi melalui teknologi. Tetapi, bagaimana dampak penerimaan teknologi ini terhadap sektor kesehatan? Apakah inovasi ini cukup untuk memberikan solusi jangka panjang dalam menjaga kesehatan publik?

***

Dalam konteks kesehatan, adopsi teknologi seperti QRIS berperan penting dalam memitigasi risiko penularan penyakit. Pandemi COVID-19 telah mempercepat kebutuhan akan inovasi yang memungkinkan masyarakat tetap beraktivitas secara aman. Berdasarkan penelitian oleh Prasetya et al. (2024), variabel risiko yang dirasakan (PR) memiliki kontribusi sebesar 30,3%, menjadikannya faktor utama dalam penerimaan QRIS. Temuan ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih khawatir terhadap risiko kesehatan dibandingkan dengan manfaat efisiensi yang biasanya menjadi alasan utama dalam adopsi teknologi. Ketika pandemi terjadi, kebutuhan untuk menghindari kontak langsung menjadi prioritas, dan QRIS memenuhi kebutuhan ini dengan memungkinkan transaksi tanpa sentuhan.

Bank Indonesia mencatat bahwa selama tahun 2020, transaksi digital meningkat hingga lebih dari 200%, seiring dengan dorongan pemerintah untuk mempercepat transformasi digital di berbagai sektor, termasuk kesehatan. Penggunaan QRIS tidak hanya membantu masyarakat mengurangi kontak fisik selama bertransaksi, tetapi juga menjadi bagian penting dalam mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan. Prasetya et al. (2024) menunjukkan bahwa 78,4% responden yang menggunakan QRIS tidak menyadari bahwa teknologi ini juga direkomendasikan oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya memerangi COVID-19. Ini menunjukkan bahwa meskipun teknologi ini telah diterima secara luas, masih diperlukan edukasi lebih lanjut tentang manfaat kesehatan dari penggunaannya.

Selain itu, teknologi ini juga mengurangi penggunaan uang tunai yang selama ini sering dikaitkan dengan potensi penyebaran virus melalui permukaan benda. Mengingat virus COVID-19 dapat bertahan di permukaan benda, uang tunai menjadi salah satu media yang berisiko. Dengan menggunakan QRIS, risiko ini bisa ditekan, sehingga memungkinkan transaksi yang lebih aman bagi masyarakat. Di sisi lain, ada tantangan dalam hal aksesibilitas teknologi ini bagi kelompok masyarakat yang kurang familiar dengan teknologi atau yang memiliki keterbatasan akses terhadap perangkat digital, terutama di kalangan lansia. Oleh karena itu, perlu ada upaya lebih lanjut dalam meningkatkan inklusivitas teknologi ini agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Adopsi QRIS dalam layanan kesehatan juga bisa dimaksimalkan, misalnya dalam pembayaran di fasilitas kesehatan untuk meminimalkan kontak fisik antara pasien dan petugas kesehatan. Penggunaan pembayaran digital dalam pelayanan kesehatan dapat menjadi salah satu strategi jangka panjang dalam menciptakan ekosistem kesehatan yang lebih aman dan efisien, terutama dalam situasi krisis kesehatan seperti pandemi.

***

Penggunaan QRIS di masa pandemi COVID-19 membuktikan bahwa teknologi dapat memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan publik dengan mengurangi risiko penularan penyakit melalui transaksi tunai. Dengan 81% pengguna yang secara sukarela beralih ke QRIS, teknologi ini telah menjadi bagian dari upaya meminimalkan risiko kesehatan masyarakat. Namun, edukasi dan sosialisasi lebih lanjut tetap diperlukan untuk memperluas penerimaan teknologi ini, terutama di kalangan masyarakat yang belum sepenuhnya memahami manfaatnya dalam konteks kesehatan. Di masa depan, penerapan QRIS dan teknologi sejenis di sektor kesehatan akan semakin penting dalam menciptakan sistem layanan yang lebih aman dan efisien.

Referensi

Prasetya, D., Grandi Rahardjo, A. R., Aritonang, E. R. U., Manggalaningwang, J., Maharani, N. A., Ivander, Y., & Mukhamadiyev, A. (2024). Technology acceptance analysis using UTAUT: A study of QRIS acceptance during the pandemic. INTENSIF: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Penerapan Teknologi Sistem Informasi, 8(2), 181-199. https://doi.org/10.29407/intensif.v8i2.21982

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline