Tujuan akhir pembangunan, apa pun programnya siapa pun pemimpinnya adalah membangun manusia yang diukur dengan IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Di lembaga Internasional namanya HID (Human Index Development).
HID atau IPM adalah indikator bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan dan kesempatan kerja serta hidup layak, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
Di provinsi NTB 12 tahun yang lalu (2010) tingkat IPM dicatat Biro Pusat Statistik (BPS) 61.16 tergolong rendah dan terbelakang. Dibandingkan provinsi lain, tahun tersebut hanya beberapa tingkat di atas Papua 54,45 dan satu tingkat di atas NTT. Rendahnya IPM ini menunjukkan tingginya kemiskinan, kematian ibu dan anak, stunting dll. Berbanding terbalik dengan rendahnya tingkat pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan susahnya mengakses hasil2 pembangunan.
IPM Indonesia saat ini berada di angka 72,91. Ada pun IPM NTB tahun 2022 berada 69,46. Sudah di posisi menengah beda jauh dari 10 tahun lalu. Ada kenaikan lebih dari 8 point. Sementara 5 tahun kepemimpinan Zul-Rohmi, mulai 2018 IPM NTB 67,30. Ada kenaikan lebih dari 2 points.
Perlu diingat kenaikan atau penurunan pertumbuhan ekonomi dan naiknya kesejahteraan masyarakat mempengaruhi level IPM. Kenaikan atau penurunan 1 % saja kemiskinan misalnya, sama dengan terangkatnya kehidupan 52.000 orang. Penurunan 0,1% stunting setara dengan 520 orang.
Jangan lupa populasi penduduk NTB 80% berada di Pulau Lombok dan sisanya di P. Sumbawa. Angka-angka yang menyangkut kemiskinan, stunting, dll sangat berpengaruh bagi penduduk di P. Lombok menyebabkan disparitas pembangunan dan angka IPM juga tidak merata.
Seperti diketahui rentang waktu, 2010 hingga hingga 2022 telah terjadi pergantian kepemimpinan daerah dengan membawa program unggulan masing2 dan tantangan yang dihadapi juga berbeda setiap periode. Melihat angka tersebut program yang telah dijalankan dalam 12 tahun terakhir ini berdampak pada naiknya IPM. Setidak demikian BPS mencatatnya.
Sejumlah program unggulan yang telah digelar kepmimpinan Zul-Rohmi juga tidak semua serta merta menunjukkan hasil instan. Pembangunan SDM misalnya melalui pengiriman dan pemberian 1000 bea siswa ke luar negeri perlu waktu "dipetik". Investasi manusia telah mencatat angka tinggi.
Gerakan industrialisasi dengan membuat alat industi sederhana dan ramah lingkungan setidaknya tidak langsung dapat diproduksi massal karena butuh pihak pemodal memperbanyak dan memperjual belikan.
Inovasi yang tidak henti telah ditunjukkan dengan penerimaan penghargaan provinsi paling inovatif 2022, adalah fakta dan capaian tidak mudah untuk diraih. (M. Mada Gandhi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H