Fi'ie kembali ke gubuk. Dia menemukan sebuah surat dari lontar di atas kendi.
Isi surat: maaf kakang, aku harus pergi meninggalkan kamu. Kamu terlalu suka berkelana, aku lebih suka hidup dengan lelaki lain. Sekali lagi maaf, kakang. Terlalu banyak wanita mencintai dan menginginkan kamu. Terlalu banyak wanita mendamba dan mencintai kamu. Sekian, dan maafkan aku.
Fi'ie membuang kendi dan surat ke lantai. Dia marah sekali. Membacokkan goloknya ke meja. Dan mengikhlaskan Lia. Bagi Fi'ie cinta dan dunia adalah fana, tiada yang kekal. Semua hanya persinggahan. Tiba-tiba terketuk suara pintu.
Febriana: assalamualaikum, kakang, aku bawakan pisang setundun untuk kamu. Makanlah dari kebonku sendiri.
Fi'ie: terimakasih Febri. Aku semakin merasa kamu semakin jadi baik dan kalem.
Febriana: dari dulu aku memang kalem walau sedikit judes.
Fi'ie: hai Febri, kemari sebentar.
Febriana: kamu memintaku?
Fi'ie: (memegang tangan Febriana) kalau kamu kujadikan bini bagaimana?
Febrana: sudah purnama kah cintaku kini?
Fi'ie: tentu, jawabanku adalah mentari bagimu.