Teater memiliki kekuatan luar biasa untuk menggugah hati, menyentuh emosi, dan menciptakan pemahaman yang mendalam tentang kehidupan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, minat terhadap seni teater seakan memudar, khususnya di kalangan mahasiswa Surabaya. Terlebih lagi, sejak lima tahun lalu, Teater Hastasa, salah satu kelompok teater di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA), tidak menggelar pertunjukan besar. Namun, pada Selasa (10/12/2024) kemarin, harapan itu kembali hidup dengan pentas bertajuk Kisik. Penampilan yang menggugah emosi, tanpa dipungut biaya, kembali mengingatkan kita tentang pentingnya melestarikan teater di tengah derasnya arus hiburan digital yang kini menguasai perhatian masyarakat. Apa yang terjadi di balik panggung Teater Hastasa ini lebih dari sekadar pertunjukan seni; ia adalah sebuah langkah besar untuk meremajakan dunia teater di Surabaya, yang semakin membutuhkan sentuhan regenerasi.
Pentas seni yang digelar oleh Teater Hastasa di auditorium UINSA pada hari Selasa lalu adalah lebih dari sekadar hiburan semata. Setelah absen selama lima tahun, Kisik menjadi titik awal yang penting bagi teater di Surabaya untuk kembali bangkit dan menggugah minat masyarakat, khususnya generasi muda. Kembalinya Teater Hastasa ke panggung ini tidak hanya memberikan angin segar bagi komunitas seni, tetapi juga menunjukkan betapa besar potensi teater untuk menjadi medium yang relevan di era modern ini.
Teater di Surabaya, khususnya di kalangan mahasiswa, menghadapi tantangan besar dalam menjaga eksistensinya. Dengan banyaknya pilihan hiburan digital yang lebih praktis dan mudah diakses, teater seringkali dianggap sebagai seni yang "elit" atau "kuno." Namun, acara seperti Kisik membuktikan bahwa teater tetap dapat menjadi sarana edukatif dan emosional yang tak tergantikan. Keberhasilan pentas ini juga menunjukkan bahwa generasi muda, terutama mahasiswa, masih memiliki hasrat dan potensi besar untuk mengeksplorasi seni tradisional yang penuh nilai-nilai budaya ini.
Pentas ini dihadiri oleh ratusan penonton yang berasal dari berbagai kalangan, baik mahasiswa Surabaya maupun luar kota, menunjukkan bahwa ada kerinduan untuk kembali menikmati pertunjukan teater yang berkualitas. Selain itu, acara ini dimulai dengan penampilan musik yang memukau dan diikuti oleh berbagai rangkaian acara, seperti tari dan puisi, memberikan pengalaman yang menyentuh hati. Kisik, sebagai puncak acara, mengajak penonton untuk tidak hanya menyaksikan cerita, tetapi juga merasakan emosi yang ditampilkan oleh para pemain. Dengan alur yang dramatis, penonton dipaksa untuk terlibat secara emosional, yang tak jarang mengundang haru.
Yumna Nazih Irawan, yang juga merupakan salah satu Ketua Umum UKM Musik di UINSA, menyampaikan kekagumannya terhadap pementasan Kisik. Ia mengatakan, "Pementasan Kisik benar-benar menakjubkan, baik dari segi penampilan aktor maupun instrumen musik yang mengiringi sepanjang pertunjukan. Terlebih lagi, kemampuan Teater Hastasa untuk menarik banyak penonton, yang setia dari awal pembukaan hingga penutupan pentas, sangat luar biasa. Setelah lima tahun vakum, saya merasa terharu dan takjub melihat bagaimana mereka mampu menyajikan drama teater yang sangat spektakuler ini."
Namun, meski pentas seperti ini sangat berhasil, tantangan besar tetap ada. Dalam rangka mempertahankan momentum ini, dibutuhkan kolaborasi antara kampus, pemerintah, dan masyarakat untuk lebih mendukung keberlanjutan teater. Kegiatan seperti ini harus didorong agar tidak menjadi peristiwa yang terisolasi. Kita perlu lebih banyak pentas teater yang mampu menginspirasi, mendorong kreatifitas, dan membangun karakter. Pentas-pentas ini harus menjadi wadah bagi generasi muda untuk berani mengekspresikan diri, tidak hanya melalui layar kaca, tetapi juga dengan berbicara melalui seni tradisional yang penuh makna ini.
Harapannya, Kisik bukan hanya sebuah pertunjukan yang terjadi satu kali dan kemudian terlupakan. Kita, sebagai masyarakat Surabaya dan penggemar seni, harus bersama-sama menjaga dan mengembangkan kebudayaan teater ini. Mari kita dukung acara-acara seperti ini, bukan hanya dengan datang menonton, tetapi dengan mengapresiasi karya-karya teater lokal. Terlebih lagi, bagi mahasiswa dan generasi muda, saatnya untuk kembali membuka mata terhadap potensi luar biasa yang dimiliki oleh seni teater. Dengan semangat ini, saya yakin bahwa teater di Surabaya akan kembali menemukan tempatnya di hati banyak orang.
Muhammad Luqman Hakim, mahasiswa Ilmu Komunikasi UINSA Surabaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H