Lihat ke Halaman Asli

Pemikiran Marxis Soekarno Saat Muda: Menelusuri Jejak Revolusioner Seorang Proklamator

Diperbarui: 4 Juni 2023   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pemikiran Soekarno sebagai seorang revolusioner dan proklamator kemerdekaan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari latar belakangnya sebagai pemimpin nasionalis yang kuat dan juga pengaruh ideologi Marxis dalam pemikirannya. Dalam fase awal hidupnya, Soekarno terlibat dalam pergerakan politik yang kuat dan aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan kolonial. Artikel ini akan membahas pemikiran Marxis Soekarno saat ia masih muda dan bagaimana ideologi tersebut membentuk pandangannya tentang perjuangan sosial dan politik.Latar Belakang Ideologis

Soekarno, sebelum menjadi Presiden pertama Indonesia, menghabiskan masa mudanya untuk mendalami berbagai pemikiran politik dan ideologi. Salah satu pengaruh paling kuat dalam pemikirannya adalah pemikiran Marxis. Pemikiran Marxis memiliki pengaruh yang signifikan di kalangan pemimpin nasionalis pada saat itu, termasuk Soekarno.

Soekarno mulai tertarik pada ideologi Marxis selama masa studinya di Bandung dan Eropa pada tahun 1920-an. Di Eropa, ia terpapar oleh pemikiran sosialis dan komunis yang berkembang pada masa itu. Pada awalnya, pemikiran Marxis menjadi sumber inspirasi bagi Soekarno dalam memahami ketidakadilan sosial, kapitalisme, dan imperialisme kolonial.

Pemikiran Marxis Soekarno

Dalam pemikiran Marxis Soekarno, ia percaya bahwa kapitalisme dan imperialisme adalah akar dari banyak masalah sosial dan ekonomi yang dialami oleh Indonesia. Ia memandang bahwa kolonialisme telah mengakibatkan eksploitasi sumber daya alam dan manusia Indonesia oleh kekuatan asing, yang menghalangi kemajuan ekonomi dan kemandirian bangsa.

Soekarno juga mengadopsi pandangan Marxis tentang perjuangan kelas. Ia melihat bahwa perjuangan kelas adalah bagian integral dari perjuangan melawan penjajahan dan eksploitasi. Ia percaya bahwa kaum buruh dan petani harus bersatu dalam perjuangan melawan kelas penguasa untuk mencapai keadilan sosial dan pemerataan ekonomi.

Selain itu, Soekarno juga mengkritik kapitalisme sebagai sistem yang menghasilkan kesenjangan ekonomi yang besar antara kaya dan miskin. Ia mendukung redistribusi kekayaan melalui kebijakan ekonomi yang lebih berpihak kepada rakyat banyak. Pandangan ini tercermin dalam pidato-pidatonya, seperti pidato pada tanggal 1 Mei 1926, di mana ia menyerukan kepada kaum buruh untuk bersatu dalam perjuangan melawan penindasan dan ketidakadilan.

Ajang Lahirnya Nasakom

Pada tahun 1955, Soekarno memainkan peran sentral dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung. Konferensi ini menjadi platform penting bagi Soekarno untuk memperkenalkan ideologi yang kemudian dikenal sebagai Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom). Nasakom merupakan konsep yang menggabungkan prinsip-prinsip nasionalisme, agama, dan juga unsur-unsur dari pemikiran Marxis.

Dalam Nasakom, Soekarno berusaha menggabungkan prinsip-prinsip Marxis dengan nasionalisme Indonesia dan juga agama sebagai kekuatan yang menggerakkan perjuangan rakyat. Ia percaya bahwa dengan memadukan ketiga elemen ini, Indonesia dapat mencapai kemerdekaan dan menciptakan masyarakat yang adil dan merata.

Pemikiran Soekarno saat itu berfokus pada peran negara dalam mengontrol dan mengatur sektor ekonomi untuk kepentingan rakyat banyak. Ia mendukung nasionalisasi sektor-sektor strategis seperti pertambangan dan industri, serta menggalakkan program pembangunan nasional untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara kelas sosial.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline