Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Lufpi Firdaus

Mahasiswa Universitas Teknologi Yogyakarta

Melihat Kebijakan Luar Negeri Indonesia dalam Perspektif Liberalisme Klasik dan Neo-liberalisme

Diperbarui: 25 Oktober 2023   03:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

1. Kerjasama Antara Indonesia dengan Australia melalui IA-CEPA

Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) merupakan sebuah bentuk kerja sama antara Indonesia dan Australia. Kerjasama di bidang ekonomi ini tertuang pada perjanjian Economic Powerhouse. Kerjamasa yang dilakukan Indonesia dengan Australia dapat dilihat dari prespektif Liberalisme Klasik. 

Karena, IA-CEPA bergereak di bidang ekonomi dimana kedua negara saling ketergantungan. Kerjasama ini mempermudah investasi bagi kedua negara. IA-CEPA menjadi media bagi kedua negara dalam memanfaatkan keunggulannya. IA-CEPA menjadi jembatan bagi kedua negara untuk saling memajukan perekonomiannya. Indonesia yang di mana mengekspor kayu, karet, tekstil, hasil tambang, dan lainnya. Sedangkan Australia yang terus berinvestasi ke Indonesia dan juga mmeberikan 200 visa magang dari berbagai sektor priortias seperti pendidikan dan teknologi.

Dari penjelasan tersebut, ketergantungan antara Indonesia dengan Australia masuk ke dalam pandangan Liberalisme Klasik. Karena aktor yang terlibat adalah negara dengan negara.

2. Pelunasan Hutang Indonesia ke IMF

Hubungan Indonesia dengan IMF dapat dilihat dari perspektif Neo-Liberalisme. Dimana aktor bukan hanya negara tetapi juga organisasi internasional seperti halnya IMF. IMF adalah singkatan dari International Monetary Fund, yang merupakan lembaga keuangan internasional yang menangani kebijakan dan masalah keuangan. Indonesia melakukan pelunasan hutang kepada IMF sebesar 3.2 milliar dollar AS dan hal ini telah melalui berbagai perhitungan perekonomian Indonesia. Seperti cadangan devisa, kondisi arus modal yang masuk, dan kebutuhan pembiayaan yang sudah dihitungkan secara matang. 

Melihat dari banyaknya aspek yang diperhitungkan oleh Indonesia pada saat membayar utang, kita bisa tau bahwa pembayaran utang yang sangat komplek dan hubungan dengan IMF melibatkan banyak aspek perekonomian Indonesia atau bisa kita sebut sebagai ketergantungan komplek antara Indonesia dengan IMF. Alasan Indonesia melakukan pelunasan hutang ke IMF dengan tujuan untuk tidak adanya intervemsi dari IMF yang bisa dapat menggangu kebijakan perekonomian Indonesia. Dengan begitu Indonesia tidak perlu takut akan adanya campur tangan dari IMF apabila terjadi suatu masalah perekonomian Indonesia yang bisa membuat IMF ikut campur atau mengintervensi Indonesia.

Dari penjelasan tersebut, hubungan Indonesia dengan IMF memiliki ketergantungan yang komplek dan aktor yang terlibat adalah negara dengan non-negara. dan hal ini masuk ke dalam pandangan Neo-Liberalisme.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline