Lihat ke Halaman Asli

Media "Sijari" sebagai Implementasi Design Thinking dalam Memperkenalkan Budaya Jawa

Diperbarui: 8 Agustus 2023   10:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sijari

Bahasa Jawa sebagai bagian dari budaya bangsa yang memuat nilai - nilai. Bahasa Jawa memiliki ragam penuturan atau tingkat tutur bahasa yang secara tidak langsung mempunyai nilai guna dan menjunjung tinggi nilai kesopanan, rendah hati, ramah, dan menghargai orang lain. Maka, sudah seharusnya bahasa Jawa dikenalkan kepada generasi milenial sekarang ini. Dan sangat tepat jika mata pelajaran Bahasa Jawa ditetapkan sebagai mulok wajib mulai dari jenjang SD, SMP, dan SMA. Hal ini sudah sepantasnya mendapat dukungan dari setiap elemen warga negara Indonesia, khususnya di Pulau Jawa mengingat bahasa Jawa sebagai bagian dari kekayaan bangsa Indonesia yang seharusnya dilestarikan.

Upaya untuk melestarikan bahasa Jawa tidak cukup sampai di sini saja. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas tidak cukup hanya guru memaparkan semua materi kepada siswa kemudian selesai. Dibutuhkan perangkat pembelajaran yang beraneka ragam untuk menunjang siswa dalam  memahami dan menguasai materi bahasa Jawa yang diajarkan oleh guru secara mudah dan cepat. Saat ini eksistensi bahasa Jawa di kalangan anak muda mulai  menurun. Khasanah (2012: 2) berpendapat bahwa faktor penyebab penurunan eksistensi bahasa Jawa di kalangan anak muda disebabkan oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin pesat, bergesernya pembelajaran bahasa Jawa, dan pertahanan bahasa Jawa di lingkungan yang tidak kondusif.

Kegiatan pembelajaran bahasa Jawa kepada anak-anak sangat penting untuk dilakukan bertujuan supaya anak -anak senang dan tertarik berbahasa Jawa. Hal itu merupakan bagian dari upaya mengajarkan kepada anak untuk mencintai budayanya sendiri, dalam hal ini adalah bahasa Jawa. Pengajaran tersebut dimulai dengan menanamkan rasa senang dahulu kepada anak -anak, dengan begitu nilai - nilai yang terdapat dalam bahasa Jawa dapat terinternalisasi dalam diri anak muda. Oleh karenanya, dalam kegiatan pembelajaran dibutuhkan suatu upaya untuk menumbuhkan rasa cinta atau rasa suka pada peserta didik dalam memahami sebuah materi pembelajaran. Upaya tersebut dapat diciptakan  oleh guru salah satunya melalui media pembelajaran yang menarik dan dekat dengan dunia anak.

Media pembelajaran merupakan satu langkah efektif yang dapat diciptakan sedemikian rupa oleh guru dengan tujuan memberikan sebuah ilmu baru kepada peserta didik, seperti pengenalan bahasa Jawa. Kemp dan Dayton (dalam Arsyad, 2011: 21-23) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kelebihan dengan adanya media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar antara lain (1) menyampaikan materi pelajaran dengan lebih formal, (2) kegiatan belajar mengajar tidak membosankan, (3) materi pelajaran disampaikan dengan singkat, dan (4) guru berperan menjadi contoh yang baik untuk peserta didik. Diungkapkan pula perlu adanya penyederhanaanmateri pelajaran bahasa Jawa pada lingkungan pendidikan formal, supaya nilai - nilai dalam bahasa Jawa dapat dengan mudah tersampaikan. Oleh sebab itu, para pendidik bahasa Jawa dituntut harus mempunyai kreativitas menciptakan kegiatan pembelajaran menjadi menarik dan menyenangkan.

Sijari

Kisyani (Prasetyo, 2011) menyarankan agar tujuan pembelajaran bahasa Jawa di lingkungan pendidikan memfokuskan pada keterampilan berbahasa. Disebutkan oleh Suharti dan Suardiman (2010: 88), butir-butir penting dari bahasa Jawa yang perlu diajarkan kepada anak-anak diantaranya yaitu penggunaan bahasa Jawa sebagai sarana pendidikan sopan santun dalam pergaulan sehari-hari, pengenalan lingkungan, busana, makanan tradisional, kesenian, dan adat istiadat. Ini menjadi sebuah tantangan baru bagi pendidik untuk mengajarkan peserta didiknya dapat mengucapkan hal apa saja dengan bahasa Jawa, salah satunya dengan cara mempelajari bahasa jawa melalui lingkungan sekeliling peserta didik, seperti dimulai dengan mengenalkan nama-nama benda yang ada disekitar peserta didik.

Pendidik membutuhkan media pembelajaran yang tepat sebagai alat bantu pada kegiatan ini. Dengan mengimplematasikan Design Thinking dalam merancang media pembelajaran yang tepat sangat tepat, karena Design Thinking berguna dalam mengatasi masalah-masalah yang tidak jelas atau tidak dikenal, dengan melakukan reframing masalah dengan cara-cara yang berpusat pada manusia, menciptakan banyak ide dalam brainstorming, dan mengadopsi pendekatan langsung dalam pembuatan prototype dan testing. Design Thinking juga melibatkan eksperimen yang sedang berjalan: membuat sketsa, membuat prototype, testing, dan mencoba berbagai konsep dan ide. Dengan menerapakan beberapa tahapan yang ada dalam Design Thinking maka terdapat sebuah terobosan baru dalam menentukan media pembelajaran yang sesui dengan kebutuhan peserta didik. sebuah media pembelajaran interaktif untuk memudahkan dan mendukung kondisi pembelajaran.

Sijari adalah media pembelajaran yang dirancang berdasarkan tahapan yang terdapat dalam Design Thinking untuk mengenalkan kosakata 3 bahasa salah satunya adalah bahasa Jawa kepada anak -- anak bertema benda -benda lingkungan sekolah (mengenal nama dari benda) anak dapat belajar dengan menyenangkan tanpa merasa terpaksa. Hasil akhir dari pengembangan media ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengahafal nama nama benda disekitarnya dan memberikan manfaat kepada berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung sekaligus sebagai upaya melestarikan budaya Jawa khususnya bagi siswa SD pada pengenalan kosakata.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline