Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Khalid

Politisi Pengusaha

Antara Perjuangan dan Kekayaan Alam

Diperbarui: 19 November 2016   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Daerah basis perjuangan butuh perhatian

Bismillahirrahmaanirrahiim. 

Kali ini saya kembali akan berbagi cerita tentang suatu daerah yang secara dejure berada dalam lungkungan pemerintahan Kabupaten Limapuluh Kota, Provinsi Sumatera Barat. 

Lansung saja sekarang daerah tersebut dinamai 1. Baruah Gunuang 2. Sungainaniang 3. Koto Tangah 4. Kototingi. Sesungguhnya masih ada lagi seperti Mahat,  Tanjuang Bungo,  Pandam Gadang, Banja Laweh,  Andiang,  Limbanang,  Sungai Rimbang, Suliki, Talang Onau. 

Pada masa pemerintahan Orde Baru semuanya masuk dalam wilayah kecamatan Suliki Gunung Mas,  namun sekarang sudah dimekarkan jadi tiga kecamatan yaitu Kec Suliki,  Kec Bukik Barisan dan Gunung Mas.

Walaupun sudah dimekarkan jadi beberapa kecamatan namun kondisi pembangunan fisik sampai saat ini masih memprihatinkan. Ada yang menonjol memang dari daerah ini diantaranya mempunyai potensi kandungan alam yang berlimpah seperti emas,  batubara dan potensi pertanian. 

Potensi daerah ini tidak mengada-ada karena sudah terbukti tambang emas yang pertama digarap oleh bangsa Belanda semasa mereka menjajah Nusantara dulunya disebut Hindia Belanda sekarang Indonesia berada disalah satu sudut negeri ini. 

Selain memiliki potensi kekayaan alam kawasan ini juga melahirkan seorang bapak bangsa yaitu Dt Ibrahin Tan Malaka. Daerah ini juga pernah jadi sentral pemerintahan darurat Indonesia yang lebih kurang selama sembilan bulan menyelamatkan negara. 

Panjang memang perjalanan negeri kecil ini,  sejak zaman penjajahan sudah ambil bagian dalam cerita pahit zaman penjajahan. cerita pahit itupun berlanjut entah sampai kapan?. 

Belakangan setelah melalui dinamika perjuangan yang cukup panjang kawasan ini dibangun monumen nasional belanegara. Pembangunannya sedang berjalan dilakukan bertahap dalam pembangunan multi years. Bangunan tersebut mengisaratkan sebuah pengakuan negara pada PDRI. 

Pengakuan dengan membangun sebuah museum saja tidaklah cukup.  Mengingat saat ini kemerdekaan bangsa sudah mencapai usia 71 tahun. Sementara didaerah kecil ini belum merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline