Lihat ke Halaman Asli

Manajemen Sumber Daya Manusia dan Kesejahteraan Keluarga Pada Keluarga Single Parent

Diperbarui: 26 April 2024   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Single parent adalah keluarga tunggal yang hanya terdiri dari ibu atau ayah saja, bisa disebabkan karena perceraian atau pasangan meninggal dunia sehingga seluruh tugas dan tanggung jawab dibebankan kepada yang ditinggalkan. Keluarga single parent akan mengalami hal yang lebih berat karena mereka harus mencukupi kebutuhan hidup keluarga. 

Tak mudah bagi keluarga single parent mengatur rumah tangga seorang diri. Pastinya mereka dihadapkan dengan berbagai tantangan dalam mengelola sumberdaya manusia dan kesejahteraan keluarga mereka. Namun, di satu sisi, mereka sangat berkomitmen dan bertanggung jawab dalam melakukan segala upaya demi kesejahteraan anak. Disisi lain, mereka harus terbiasa memainkan peran ganda dengan menggabungkan peran ayah dan ibu.

Keberagaman dalam pengalaman menjadi single parent termasuk tantangan yang dihadapi oleh single parent dalam manajemen sumberdaya keluarga juga sangat beragam, mulai dari masalah keuangan hingga dukungan sosial. Kesejahteraan secara ekonomi (economical well-being) ditandai minimal dapat mencapai indikator pendapatan diatas UMR dan dapat memenuhi kebutuhan dasar berupa tersedianya sandang, pangan dan papan yang layak. 

Dalam tingkatan taraf hidup. semakin banyak sumber daya keuangan atau pendapatan yang diterima keluarga, semakin baik taraf hidup mereka. Dengan taraf hidup keluarga yang baik, orang tua mampu memberikan fasilitas yang lebih baik pula untuk merawat serta mengembangkan potensi anak-anaknya. 

Dalam keluarga, keadaan sosial dapat dikatakan baik atau harmonis jika dalam keluarga tersebut terdapat hubungan yang baik, didasari rasa kasih sayang yang tulus antara anggota keluarga. Ayah  dan  Ibu  memiliki  peran  yang  saling  melengkapi  dalam  pengasuhan  anak, dimana ayah cenderung mendorong anak untuk menjelajah lingkungan, sementara ibu lebih memberi rasa aman kepada anak. 

Ketika salah satu orang tua tidak terlibat dalam pengasuhan baik  itu  ibu  maupun  ayah  maka  akan  beresiko  kepada  tingkat  kecerdasan  emosional  anak karena anak akan sering merasa kehilangan kasih sayang salah satu dari orang tuanya (Khusnia et al, 2023). 

Tantangan orang tua tunggal dalam merawat dan mengasuh anak cenderung heterogen, dipengaruhi oleh faktor internal meliputi jumlah anggota keluarga, tempat tinggal, kondisi sosial ekonomi serta faktor eksternal yaitu faktor manusia, faktor alam dan ekonomi negara terhadap keluarga mereka. 

Begitu pula dalam mengelola sumber daya manusia untuk menyelesaikan permasalahan dan menciptakan pola asuh yang baik bagi anak mereka. Sehingga penting bagi orang tua, khususnya single parent untuk dapat mengetahui bagaimana mengalokasikan sumber daya tersebut, dengan  memaksimalkan potensi yang ada untuk menciptakan pola asuh yang sesuai dengan kondisi keluarganya. 

Dalam pengelolaan manajemen sumberdaya keluarga, komunikasi merupakan hal dasar yang sangat penting. Strategi yang digunakan oleh single parent dalam mengelola kebutuhan finansial keluarga juga beragam, namun kesadaran akan pentingnya manajemen keuangan terbukti menjadi kunci sukses. 

Dukungan sosial dari keluarga, teman, dan lingkungan sekitar juga memainkan peran penting dalam menjaga kesejahteraan fisik dan mental keluarga. Melalui studi kasus terkait manajemen sumberdaya pada keluarga single parent, dapat dilihat bahwa keberagaman strategi yang digunakan oleh single parent dalam mengelola sumber daya manusia keluarga menjadi kunci utama dalam mencapai kesejahteraan. 

Dengan memahami tantangan dan strategi yang efektif, single parent dapat sukses dalam menjalani peran ganda sebagai orang tua tunggal demi kesejahteraan keluarga. Kurangnya  dukungan  emosional  yang  memadai  dapat  mempengaruhi kemampuan  mereka  dalam  memberikan  perhatian,  cinta,  dan  pemahaman  yang diperlukan untuk membantu anak dalam pendidikan karakter (Utami et al, 2023). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline