Lihat ke Halaman Asli

Ketika Cicak Bersaksi

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sampai saat ini 'megasinetron' Ketika Cicak Bersaksi atau Cicak vs Buaya masih tetap tayang tiap hari di hampir semua layar televisi. Tayangan ini menarik perhatian hampir semua lapisan masyarakat. Infotainment-pun ikut-ikutan menayangkan kasus 'perselingkuhan' yang terjadi dalam epidose Cicak vs Buaya ini. Tidak kalah seru dengan adegan sinetron terkenal seperti Cinta Fitri. Ada tangisan Antasari Azhar, sumpah atas nama Allah Susno Duadji, ada penjahatnya (mafia kasus/markus), ada intrik cinta dan perselingkuhan, konspirasi, siaran live di pengadilan, dan adegan-adegan lain yang melibatkan emosi pemirsa. Lebih seru dari sinetron kebanyakan.  Ketika Cicak Bersaksi nampaknya meraup penonton  yang jauh lebih banyak daripada megafilm Ketika Cinta Bertasbih.

Pemirsapun belum bisa meramalkan bagaimana akhir cerita ini. Sang sutradara begitu lihai dalam mengaduk-aduk emosi pemirsa. Belum jelas kapan episode terakhir akan ditayangkan. Belum ada yang mengetahui apakah film 'KCB' ini akan happy ending atau masih terus to be continued tanpa akhir yang jelas. Atau bisa saja berhenti tayang karena disensor oleh pemerintah atau rumah produksinya kehabisan dana.

Apakah megasinetron ini disponsori oleh 'Century Bank"  dan akan melibatkan 'artis' papan atas seperti Wapres Boediono dan Menkeu Sri Mulyani ? Semua masih samar. Prediksi-prediksi seperti ini makin menambah penasaran pemirsa di seluruh nusantara sehingga tetap setia mengikuti alur cerita Ketika Cicak Bersaksi ini.

Apabila kasus ini usai, mungkin akan ada rumah produksi yang akan me-film-kan peristiwa bersejarah ini. Semoga tayangan 'sinetron' megakolosal ini  bisa menjadi titik awal perbaikan hukum di Indonesia. Ada sedikit kekhawatiran  apabila pemeran antagonis dalam 'KCB' ini menjadi pahlawan ketika film ini berakhir  akan bisa memicu kemarahan rakyat yang berujung pada people power untuk menuntut keadilan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline