Tidak ada perbedaan antara dokter dengan manusia lain. Dokter juga punya rasa marah, jengkel dan lelah sebagaimana kebanyakan manusia. Yang membedakan hanyalah dari segi profesi saja. Kata orang profesi dokter masih menempati kasta yang tinggi dalam kedudukan sosial di masyarakat. Namun bagi saya tak ada perbedaan kasta dalam profesi. Semua profesi yang dilakoni manusia mulia bila dikakukan dengan standar tertinggi dan tidak menyalahi aturan Tuhan dan hukum positif. Ada beberapa tipe keluarga pasien yang kadang membuat saya ingin marah dan jengkel. Apalagi disaat badan sudah letih dan banyak masalah lain yang sedang memenuhi isi pikiran.
Tipe-tipe keluarga pasien seperti seperti di bawah ini saya temukan di masyarakat 'pedalaman' tempat saya bertugas. Kalau di perkotaan mungkin akan berbeda. Pada daerah-daerah tertentu yang masih kekurangan tenaga medis, kadang dokter dituntut untuk maksimal dalam melayani masyarakat, namun pemerintah daerah sering kurang memperhatikan kesejahteraan dokter. Sehingga yang terjadi adalah banyak dokter yang tidak betah bertugas di pedalaman karena berhadapan dengan komunitas masyarakat yang menghendaki dokter melayani mereka 24 jam sehari dengan julmah dokter yang terbatas. Belum lagi kalau keluarga pasien menjengkelkan semua :-)
1. Keluarga pasien yang sok tahu. Saat saya bertanya sama pasien, dia yang sering menjawab duluan. Seolah-olah dia yang jadi pasien. Bahkan kadang pasiennya juga ikut jengkel. Biasanya orang seperti ini pintar-pintar tanggung. Dibilang pintar juga gak, dibilang bodoh juga kasihan. Orang seperti ini layak diusir dari ruang praktek atau poli. Tapi sulit bila pasiennya anak-anak atau gadis. Kalau gadis bisa-bisa kita dituduh yang macam-macam.
2. Keluarga pasien yang suka memaksa dokter. Wah.. kalau di tempat tugas saya yang dulu keluarga pasien sering memaksa agar keluarga yang dia bawa disuntik. Memang siapa yang paling tahu penyakit pasien? Atau keluarga pasien yang memaksa dokter untuk melakukan tindakan yang di luar etika profesi kedokteran. Sudah beberapa kali saya 'dipaksa' untuk menggugurkan kandungan. Tapi alhamdulillah sampai saat ini saya tidak pernah mau. Ada juga keluarga pasien yang 'maksa' ke rumahnya untuk melihat orang sakit walau hanya sakit biasa.
3. Keluarga pasien yang menipu dokter. Salah satu contoh penipuan ini paling sering agar dokter mau berkunjung ke rumahnya. Saat menjemput dokter tengah malam dikatakan bahwa pasiennya berat, eh ketika tiba di rumahnya, pasiennya biasa saja bahkan sedang nyenyak tidur, atau santai merokok dan kadang-kadang dipanggilkan dulu ke rumah tetangga. Huh... terkikis keikhlasanku mengunjungi orang sakit
4. Keluarga pasien yang suka marah. Wah... kalau ada orang seperti ini dan pasien lagi dirawat di puskesmas saya, pasiennya akan cepat-cepat di rujuk ke rumah sakit. Daripada kasihan perawat yang piket dan bisa terjadi perang dunia ke-3 dengan petugas yang kelelahan jaga.
5. Keluarga pasien yang suka memerintah petugas dan sok penting. Orang seperti ini biasanya dari keluarga pejabat atau merasa sebagai orang besar. Kalau terus-terusan membuat sengsara perawat yang cuma beberapa orang dan mesti merawat pasien yang banyak, biasanya pasiennya dirujuk saja ke rumah sakit dengan indikasi 'sosial'. Bukan atas indikasi medis yang jelas. Itu lebih baik. :-)
Btw.. tulisan kok terposting ulang ? (lengkap dgn komentarnya) Kok.. bisa ya, pdhal sy cuma edit sedikit kata-katanya. Ada yg bisa beri penjelasan? Trus bagaimana cara mengembalikannya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H