Kitab kuning merupakan kitab umat islam yang mempunyai tingkat kesulitan tinggi dalam mempelajari dan mengkaji kita tersebut karena didalam kitab tersebut hanya terdapat huruf hijaiyah saja tidak ada harokah didalamnya. Sehingga saat seseorang mengkaji kitab kuning itu dan harokahnya tidak sesuai kaidah yang telah ada maka akan berbeda maknanya. Kitab kuning ini merupakan salah satu ciri yang identik didalam pondok pesantren.
Pondok pesantren sendiri merupakan Lembaga formal dan non formal yang mempunyai strategi tersendiri dalam mendidik, membentuk, dan mencetak santri untuk generasi bangsa yang tidak kalah saing di masa modern ini. Kita kuning ini biasa disebut dengan kitab klasik, karena kitab tersebut telah disusun rapi oleh para ulama sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada. Hingga sampai sekarang kitab kuning masih dipelajari dan diajarkan dalam lingkungan pondok pesantren.
Pendidikan kitab kuning didalam pondok pesantren dilaksanakan sebagaimana Pendidikan formal. Akan tetapi dalam kurikulumnya semuanya berisi tentang kitab kuning saja tidak ada pelajaran lain.
Namun disisi lain, didalam kitab kuning juga membahas tentang kehidupan sehari-hari. Sehingga tidak menutup kemungkinan untuk ketinggalan dalam zaman sekarang.
Pembelajaran yang masih berkaitan dengan ilmu-ilmu agama merupakan suatu kesatuan yang ada dalam dunia ke-Pesantren an, sehingga disetiap pesantren pasti memiliki kurikulum terkait pembelajaran kitab kuning.
Seiring bertambahnya tahun, pesantren mulai menambah Pendidikan formal sebagai pembelajaran, akan tetapi pesantren tidak meninggalkan kitab-kitab klasik kalangan para ulama terdahulu. Sehingga dapat menambah wawasan para santri menjadi sangat luas.
Penambahan Pendidikan formal ini juga bertujuan untuk menyiapkan calon generasi penerus bangsa yang mempunyai ilmu pengetahuan agama yang luas disertai ilmu umum yang luas dan mendalam untuk dapat diterapkan didaerahnya masing-masing sesuai dengan adat daerahnya.
Dalam Pendidikan kitab kuning terdapat banyak macam-macam kitab yang digolongkan dalam beberapa ilmu, yakni ilmu nahwu, ilmu shorof, ilmu fiqqh, ilmu ushul fiqh, ilmu hadits, ilmu tafsir, ilmu tauhid, ilmu tasawuf, ilmu balaghoh, ilmu faroid (ilmu waris), dan ilmu-ilmu yang masih banyak lagi. Macam-macam kitab tersebut sangat bervariatif mulai dari beberapa lembar kertas hingga berpuluh-puluhan lembar, bahkan sampai beberapa jilid. Semakin tebal kitab dan semakin banyak jilid maka semakin detail dan rinci pembahasannya.
Metode pembelajaran dalam Pendidikan kitab kuning di pondok pesantren sangat bermacam-macam, seperti halnya Sorogan atau belajar secara langsung kepada para ustadz dengan bergantian, Ceramah atau penyampaian materi pembahasan kepada para santri secara langsung oleh ustadz atau biasa disebut pembelajaran satu arah, Tanya jawab atau biasa disebut pembelajaran dua arah yakni para saling bertanya dan menjawab antara ustadz dan santrinya, sehingga dapat merangsang pikiran para santri menjadi lebih kritis,
Diskusi atau melakukan pembahasan materi dengan saling mengajukan pendapat untuk diambil suatu keputusan bersama yang sesuai dengan referensi-referensi dalam kitab kuning tersebut, dan masih banyak lagi metode pembelajaran yang diterapkan dalam pondok pesantren.
Para ilmuwan berpendapat bahwa Pendidikan ini merupakan pembelajaran kitab-kitab kuno tradisional yang dikarang oleh para ulama dengan gaya bahasa arab tanpa menggunakan harokat yang bertujuan juga untuk mempelajari serta melestarikan kegiatan dan kitab karangan para ulama terdahulu.