Judul Buku : Rich Dad Poor Dad
Penulis : Robert T. Kiyosaki
Tahun Terbit : 2016
Cetakan : ke-67
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
ISBN :978-602-03-3317-5
-Ayah Miskin berkata "Cinta akan uang adalah akar kejahatan". Sedangkan Ayah Kaya mengatakan kekurangan uang adalah akar segala kejahatan (hal 2).
-Ayah Miskin berkata "Saya tidak mampu membelinya". Sedangkan Ayah Kaya mengatakan "Bagaimana saya bisa membelinya ?", (hal 3).
-Ayah Miskin merekomendasikan "Belajarlah dengan keras, memperoleh nilai yang bagus, agar kau bisa mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar yang aman dan terjamin". Sedangkan Ayah Kaya merekomendasikan "Belajarlah dengan giat agar kamu bisa menemukan perusahaan yang bisa kamu beli" (hal 27).
-Bukan seberapa banyak uang yang anda hasilkan, tapi seberapa banyak uang yang anda simpan (hal 49).
-Seseorang bisa sangat terdidik, sukses secara profesional, tapi buta keuangan (hal 67)
-Sering kali di dunia nyata, bukan orang pintar yang unggul, tapi orang berani (hal 103).
-Pekerjaan yang terjamin adalah segalanya bagi Ayah saya yang terdidik. Belajar adalah segalanya bagi Ayah Kaya (hal 129).
Buku Rich Dad Poor Dad merupakan buku best seller yang sampai saat ini telah memasuki cetakan ke-67. Buku ini merupakan buku pendidikan keuangan pertama yang saya baca, itupun diberikan oleh seseorang pada saat acara syukuran wisuda saya. Buku ini juga yang mulai memotivasi saya untuk mencari dan membeli buku yang bercerita tentang pendidikan keuangan lainnya.
Rich Dad Poor Dad yang di prakarsai oleh Robert T. Kiyosaki bercerita tentang bagaimana pola pikir (mindset) Ayah Kaya dan Ayah Miskin. Ayah Kaya adalah Ayah dari temannya yang bernama Mike, ia tidak pernah menyelesaikan pendidikan SMP namun kompeten dalam pengelolaan keuangan. Sedangkan yang dimaksud Ayah Miskin adalah Ayahnya sendiri. Dia punya gelar Ph.D., Dia juga pernah melanjutkan studi di Standford Universty, University of Chicago, dan Northwestern Universty, semuanya dengan beasiswa penuh, namun dalam hal pengelolaan keuangan ia masih perlu banyak belajar.
Dua Ayah tersebut memberi ia pilihan untuk mengontraskan persepsi orang kaya dan orang miskin. Kedua Ayah tersebut sering merekomendasikan pola pikir kepadanya, namun tidak sama. Sama halnya dengan pendidikan. Kedua Ayah tersebut sangat yakin bahwa ia harus mengenyam pendidikan, namun melalui jalur yang berbeda.