Lihat ke Halaman Asli

Dunia Citra dan Dunia Politik di Era Demokratis...

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

DUNIA CITRA DAN DUNIA POLITIK DI ERA DEMOKRATIS...

Hubungan dunia citra dengan dunia politik sudah setua dengan sejarah politik itu sendiri, eksistensi dunia politik yang sarat dengan pencitraan, menjadikan politik bersifat dinamis sehingga selalu muncul dengan wajah-wajah baru serta slogan-slogan baru yang merakyat dengan daya tarik tersendiri. Hal tersebut digunakan untuk berbagai tujuan maupun kepentingan politik, sehingga dapat menarik simpati masyarakat yang menyaksikannya.

Dalam sebuah proses politik ada sebuah upaya perebutan citrayang ditujukan untuk membangun rancangan ideologi politik tertentu. Politik yang ditopang oleh ideologi tertentu nampak nyata bila diaktualisasikan dalam sebuah mediasi dunia citra. Ada berbagai macam metode yang digunakan untuk memainkan politik melalui dunia citra diantaranya melalui media cetak seperti majalah,poster,billboard yang masing-masing berisikan kalimat-kalimat yang bernuansa politik. Metode yang lebih efektif lainnya adalah melalui media elektronik seperti Televisi, lewat pesan-pesan, ataupun gambar-gambar bernuansa politik dibandingkan dengan sebelumnya yang terkesan kaku kini semakin nyata melalui media elektronik tersebut karena gerakannya yang aktif serta dapat disaksikan diseluruh penjuru daerah.

Diabad teknologi informasi sekarang ini menjadikan dunia politik semakin marak dan memiliki perjalanan sejarah lebih berwarna.DimanaCitra dibangun sebaik mungkin dan disusun secara sistematis agar nampak sebagai fakta dengan cerita sabagaimana adanya. Dunia politik menciptakan dua sistem citra(Image system). Sistem yang pertama adalah pencitraan diri sendiri dengan cara memperlihatkan sosok ataupun partai sebagai kelompok yang bersih,amanah,peduli, serta demokratis. Sedangkan sistem yang kedua, pencitraan kelompok lain dengan menegasikan dengan sikap yang sebelumnya seperti tidak amanah,tidak peduli, dan anti demokratis bahkan antisosial.

Dengan penciptaan sistem citra politik yang bersifat dualistik itu mengakibatkan terjadinya proses rekayasa realitas dengan mengemas sebuah keadaan sehalus mungkin tanpa mempertimbangkan objektivitas realitas yang digambarkannya. Dengan tujuan dasarnya membentuk opini publik maka aktor politik melukiskan dirinya sebagai sosok yang diharapkan masyarakat untuk mendapat simpati publik.

Dengan terlaksananya pemilu pertama, Tanggal 7 juni 1999 yang diikuti oleh 48 partai politik sebagai momen yang sangat membanggakan bagi para elemen pro-reformasi, besar harapan mereka untuk merubah kesenjangan politik saat itu. Salah satu upaya yang dilaksanakanadalah melakukan re-edukasi kepada calon-calon pemilih tentang makna pemilu yang semestinya – setelah lebih dari tiga puluh tahun dibawah pemerintahan orde baru lewat “pemilu seolah-olah”.

Sekarang ini pilihan berada ditangan rakyat sehingga masyarakat dituntut untuk lebih cerdas dalam menentukan pilihan pemimpin mereka. Masyarakat harus mampu memilih pemimpin yang benar-benar bersih,amanah,peduli, serta demokratis. Sehingga tidak tertipu daya dengan pencitraancalon pemimpin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline