Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Irwan Hidayat

Mahasiswa Pendidikan Universitas Pamulang

Stigma Perempuan Ujung-ujungnya di Dapur dan Pemimpin itu Harus Laki-laki

Diperbarui: 23 November 2024   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gender, Laki-laki vs Perempuan 

Stigma Perempuan Ujung-ujungnya di Dapur Dan Pemimpin itu Harus Laki-laki mungkin pernah kamu dengar atau bahkan pernah merasakan kalimat ini.

Hal apa yang harus kita sikapi dalam permasalahan ini? Apakah stigma itu benar? Atau hanya sekedar kalimat yang sudah menjadi turun temurun di masyarakat kita?

Stigma bahwa laki-laki itu harus menjadi pemimpin dan perempuan itu tugasnya di dapur merupakan sebuah patriarki di sebuah sistem sosial, yang dimana menempatkan laki-laki sebagai superior sedangkan perempuan sebagai subordinat. Stigma Ini telah mengakar dalam masyarakat terutama daerah pedesaan.

Stigma ini masih saya dengar di desa saya, salah satu desa di Kabupaten Labuhan Batu, Sumatera Utara.

Stigma in diucapkan oleh orang tua ke anaknya apabila anak perempuan ingin sekolah ke jenjang selanjutnya (sma- Sederajat atau ke atas nya). Salah satu contoh ucapannya adalah" Buat apa perempuan sekolah tinggi-tinggi kalau ujung-ujungnya memasak, mengurus anak & Suami serta kerja di dapur?

Pertanyaan-pertanyaan dan ucapan itu akan menjadi ibarat sebuah pisau yang tajam yang melukai, dan akan mengubur semua mimpi dan cita-cita.

Hal yang harus diperhatikan, apa yang akan terjadi? Hal ini akan berdampak terhadap.

1. Pembatasan Peran Perempuan

Stigma itu secara langsung membatasi peran perempuan dalam masyarakat, membatasi kesempatan untuk berkarir, mengejar pendidikan maupun kepemimpinan. Dan bahkan menganggap perspektif negatif

2. Ketimpangan Gender

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline