Suatu hari, ada keluarga yang ekonominya kurang, keluarga tersebut bernama Pak Eko dan Bu Neni, anaknya bernama Hanan dan Aqila. Suatu hari Pak Eko mengalami sakit parah, dan Hanan sebagai anak laki-laki pertama pun bingung harus melakukan apa, saat sedang melamun, ada nenek-nenek yang memberinya pupuk pohon, dan menyuruhnya untuk menanamnya.
Saat sesampainya dirumah Hanan pun segera menanamnya, selama tiga hari berturut-turut, pohon itu pun tumbuh, anehnya daun dari pohon tersebut adalah uang. Mulai hari itu Hanan tidak perlu memikirkan soal uang lagi, karena tinggal memetik dari daun pohon tersebut. Hingga suatu hari, ia ingin liburan ke luar negri.
Aqila pun memohon kepada Hanan kakaknya agar tetap dirumah untuk menjaga anaknya, karena ibunya pun semakin tua, dan Aqila masih kecil. Hanan pun masih tetap ingin ke luar negri bersama teman-temannya, seminggu kemudian, Hanan dan temannya pun berangkat ke Singapura.
Namun, setelah satu bulan lebih, Hanan pun belum pulang-pulang, hingga Pak Eko harus masuk ruang ICU, tetapi Hanan belum mengetahuinya.
Tanpa Hanan ketahui, pohon ajaib yang di tanamnya hilang tanpa jejak, lalu Hanan kembali ke Indonesia lagi, dan memarahi Aqila karena tidak menjaga pohon tersebut. Aqila langsung memarahi abangnya, yaitu Hanan, Aqila berkata"abang hanya mementingkan kepentingan diri sendiri, abang sudah 1 bulan lebih di Singapura, dan tanpa abang sadari Ayah sudah tidak ada". Hanan pun hanya bisa terdiam dan menyesali perbuatannya.
Penyesalan pun tidak akan berpengaruh, karena, semua penyesalan pasti hanya datang di akhir, Hanan pun kembali melamun dan nenek-nenek itu pun datang lagi dan berkata "janganlah sekali-kali kau melupakan orang tuamu, hanya karna kebahagiaanmu sendiri".
Hanan hanya bisa menangis dan berkata " jika waktu bisa di putar, aku akan memilih untuk menjaga ayah dirumah", lalu hanan ter bangun dan langsung memeluk ayahnya dan berkata "aku akan selalu menjaga ayah sampai ayah benar benar sembuh". Aqila pun berkata "mengapa abang tiba-tiba menjadi seperti ini?", Hanan pun menjawab "tidak apa-apa abang hanya ingin tidak menyesali perbuatan abang sendiri nanti".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H