Lihat ke Halaman Asli

PERAN MUSLIM MASA MODERN : Menyalakan Kembali Cahaya Lilin dari Timur

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Perkenalkan terlebih dahulu nama saya adalah Muhammad Iqbal Mansulrudin, saya seorang mahasiswa di jurusan filsafat Islam di Sekolah Tinggi Filsafat Islam SADRA , sebuah kampus yang bekerjasama antara negara Indonesia dan negara Iran. Sadra diambil dari nama seorang filsuf yang berasal dari Iran, mungkin kampus berharap mahasiswanya bisa mejadi filsuf sekelas Mulla Sadra dan membangun peradaban dan negara Indonesia yang lebih baik, untuk lebih jelasnya saya akan menjelaskannya di bagian akhir. Menurut dosen disini jurusan Filsafat Islam ini adalah jurusan yang pertama didirikan khususnya di Indonesia, saya tidak tahu persis apakah pernyataan tersebut itu benar atau tidak, yang saya tahu saya bangga sekolah disini dan saya belajar tentang para piloshop kenamaan dari seluruh negara baik itu dari filsafat Barat, filsafat Islam maupun filsafat timur. Namun, karena disini di fokuskan untuk belajar tentang filsafat Islam, maka saya lebih suka dengan piloshop Islam kita sebut saja Ibnu Sina (avicena), Ibnu Rusyid (aviroes), Aljabr (Al-gerbra/ al-jabar) dll.

Nah, mungkin dari penjelasan pertama saya, kalian sudah tahu akan dibawa kemana esai saya ini. Karena, latar belakang saya telah disebutkan maka saya akan masuk kedalam pembahasan esai saya. Jika Al-Ghazali memilih judul untuk bukunya Ihya Ulumuddin maka saya ingin mengambil judul esai saya “Menyalakan Kembali Cahaya Lilin dari Timur”.

Kenapa saya mengambil tema “Menyalakan Kembali Cahaya Lilin dari Timur”, sebagian dari kita telah tahu dan mungkin sebagian kita tidak tahu bahwa pada zaman dahulu peradaban Islam sangat maju dan mencapai puncak kejayaannya, itu ketika zaman khilafah , baik zaman khilafah Bani Umayyah, Bani Abbasiyah dan sebagainya. Pada zaman itu di hasilkan ulama yang bersinar dan mengharumkan nama Islam keseluruh pelosok dunia, walaupun “tak ada gading yang tak retak” dalam artian bahwa tak ada yang sempurna.

Meskipun pada zaman dahulu terdapat beberapa konspirasi dan keburukan tapi kita patut berbangga, pada zaman Golden Age itu telah diciptakan ulama sekelas Ibnu Sina yang menciptakan sistem kedokteran dan sampai sekarang kitabnya masih dipakai didunia Barat dan Jerman, salah satu kitabnya dalah “Al-Qanun fi attib” atau di dunia Barat terkenal dengan buku “Medicine and Canon”. Imam Al-ghazali  membuat kitab Tahaffut Alfalasifah yang membahas tentang kerancuan akan para piloshop, walaupun niat pertama dari imam al-gazahali bukanlah seratus persen ingin membatasi para piloshop, dan Ihya Ulumudiin yaitu kitab untuk menghidupkan kembali ilmu agama.

Dalam masa lalu tak terpungkiri banyak sekali perbedaan pendapat dan saling mengkritik antara satu buku dengan buku yang lain, hal ini mengakibatkan keilmuan dalam berbagai bidang sangat maju dan pesat, maka dilahirkanlah beberapa ilmuwan yang cemerlang pada zamannya.

Hal ini ada hubungannya juga dengan anggapan mereka tentang aqidah dan teologi yang mereka percaya, contohnya antara sunni dan syiah, kita tahu bahwa kaum syi’ah banyak terdapat di negara Persia atau sekarang dikenal dengan negara Iran. Negara Iran telah melahirkan banyak ilmuan dan disebut negara filsuf. karena , di syi’ah ada istilah yang disebut dengan ihto’ah dan sangat menjujung tinggi logika. Ihto’ah ada hubungannya dengan satu pernyataan dalam logika yang menyebutkan bahwa “dua hal yang berlainan tidak akan pernah bertemu satu sama lain”, inilah yang menjadi acuan mereka bahwa tidak mungkin semuanya adalah benar, maka mereka terus mencari kebenaran yang sejati selama mereka hidup, karena hanya ada satu yang benar dan diterima oleh Tuhan. Maka kaum syi’ah terus melakukan inovasi diberbagai bidang, baik dalam bidang ekonomi, bidang pendidikan, bidang Agama, bidang fiqih, bidang akhlak dan semua bidang.

Berbeda dengan kaum sunni yang jika telah ditetapkan oleh para muztahid dan ditemukan hukumnya maka tidak perlu lagi dilakukan inovasi apapun untuk merubahnya, itulah perbedaan mendasar antara kaum sunni dan kaum syi’ah. Dua kekuatan besar umat Islam yang ada di dunia. Kita tahu bahwa negara Indonesia dihuni oleh mayoritas kaum sunni atau ahlu sunnah waljama’ah seperti saya, yang beranggapan bahwa pintu iztihad telah tertutup. Namun, kita tak perlu pesimis bahwa mazhab kita sunni , syi’ah atau apapun itu, yang terpenting adalah semangat kita untuk menghidupkan kembali cahaya Islam dari timur agar bisa bercahaya dan memberi kebahagiaan dan kemasalahatan bagi seluruh dunia dan selamat dunia akhirat.

Kita mungkin telah tahu bahwa zaman modern sekarang ini di dominasi oleh filsafat Barat dan filsafat materialisme, sesuatu di nilai dengan materi yaitu dengan uang. Zaman sekarang ini orang dibagi menjadi beberapa bagian :

1.Ada orang yang tahu dan merasa bahwa mereka telah mengikuti filsafat Barat dan mengikuti kebudayaan Barat, bahwa kebudayaan Barat merupakan suatu kebudayaan yang lebih maju daripada Islam. Sehingga dalam hidupnya mereka habiskan untuk berfoya-foya, makan ke Resaturant, jalan-jalan, mabuk-mabukan ke Bar, main wanita dan hal-hal lain yang membuat diri kita senang dengan materi dan terpuaskannya hasrat nafsu kita dan melupakan Tuhan. Datang untuk kerja jam 6 pagi, pulang sore untuk mampir ke Bar untuk mabuk-mabukan dan senang-senang dan diakhiri di Rumah, begitulah siklus yang mereka lakukan tiap harinya tanpa merasa bersalah, padahal hati mereka merasa sepi dan ada yang hilang dalam diri mereka, yaitu Tuhan.

2.Sebagian yang lain tidak merasa masuk dalam kebudayaan Barat dan kebiasaan-kebiasaan Barat tapi setiap tingkah laku mereka mencerminkan kebudayaan dan kebiasaan Barat, seperti : belanja ke mall, menjadi seorang konsumerisme. Orang Islam menjadi seorang konsumen dan orang Barat/ Selain Islam menjadi produsen, kita memakan dan mengkonsumsi produksi dari selain Islam. Pertanyaannya? Jika produksi dari Barat itu bagus dan halal itu boleh saja, tapi jika ada pencampuran dan ada niat buruk dibalik itu kita tidak bisa mengelak. Imam Al-Chumanei mengatakan “pada zaman nanti akan ada yang namanya perang kebudayaan, perang ini tidak disadari tapi sangat membahagiakan orang yang dikenainya”. Mungkin pernyataan Al-Chumanei itu tercermin dengan apa yang terjadi sekarang.

3.Orang yang tahu dan menjauhi dari budaya Barat tersebut, mereka tahu bahwa freesex itu dilarang, mabuk dan hal-hal yang lain itu dilarang Islam dan bukan termasuk kedalam kebudayaan Islam.

Jadi, sebagai seorang muslim pada zaman modern ini kita harus pintar-pintar memfilter/ menyaring hal-hal yang masuk dari luar dan akan merusak aqidah kita.

Selain akan merusak aqidah kita, akan merusak keamanan dan kestabilan yang ada di negara kita.

Ada yang menyebutkan bahwa ada dua hal yang menjadi kekuatan dalam ketahanan nasional.

1.Hard power .

Yaitu ketahanan nasional kekuatan kasar, disini  berarti kekuatan dari militer dan senjata-senjata yang canggih yang dipunyai negara kita. Namun, lebih daripada itu ada yang lebih kuat dari pada hard power yaitu

2.Soft power.

Yaitu kekuatan yang lembut dan tidak terlihat , namun sangat kuat. Salah satunya adalah kekuatan kebanggan kepada diri sendiri, agama, dan negara kita. Contohnya negara Israel yang bangga dan mengaku sebagai keturunan nabi dan bangsa terpilih, Amerika yang sangat nasionali dan patriotis, Iran bangga dan mengaku sebagai keturunan Salman Al-farisi negara tersebut bangga akan negaranya sendiri dan menjadi negara yang maju dan bisa dibanggakan diseluruh dunia. Jika bukan kita yang membanggakan negara kita lantas siapa lagi? Jika diri kita sendiri tidak bangga, mana mungkin negara lain mau bangga dengan negara kita.

Saya akan menjelaskan fungsi filsafat bagi kelangsungan sebuah peradaban, karena saya sekolah di sebuah sekolah yang berbasis negara Iran. Maka saya akan memaparkan kenapa Iran bisa tetap maju ketimbang negara yang lain salah satunya adalah karena faktor filsafat Islam, disini saya akan menjelaskan fungsi dari 3 filsafat Islam yang paling mendasari pertumbuhan peradaban di Iran yaitu filsafat paripatetik yang berasal dari buah pikiran dari Ibnu Sina, kemudia Syuhrawardi yang dikenal dengan filsafat Iluminasi dan filsafat Transendensi atau dikenal dengan Hikmah Mutaaliyah, saya akan menjelaskan satu persatu :

1.Paripatetik

Istilah paripatetik atau dalam bahasa Arab masyaiyah sendiri berasal dari zaman Aristoteles, yaitu filsafat yang didasarkan pada rasional dan cara pengajarannya adalah sambil berjalan dan mengobrol, ciri dari filsafat ini adalah rasional dan mengedepankan premis mayor dan minor, dan mengatakan bahwa eksistensi (wujud ) lebih penting daripada essensi ( mahiyah) . Dan pada zaman ini banyak ditemukan ilmuwan yang maju diberbagai bidang sains seperti Bapak paripatetik Islam adalah Ibnu Sina yang mahir dalam bidang obat dan kedokteran. Ibnu Sina terkenal dengan teori akal 10 nya. Pada zaman Ibnu Sina ini banyak terjadi kemajuan diberbagai bidang keilmuan dari ilmu sains, sampai filsafat, ini menjadi rujukan dunia Barat sehingga dibawa ke Eropa dan Rennaisance terjadi di Eropa . Eropa menjadi maju dalam berbagai bidang sains. Karena Barat lebih percaya dengan teori Ibnu Sina ditambah dengan Empirismenya David Humme sehingga budaya sains di Eropa menjadi maju dan banyak penemu yang kembali bergairah membuat penemuan baru.

2.Iluminasi (Israqiyah)

Yang membawa aliran ini adalah Syuhrawardi Al-maqtul, syuhrawardi membawa aliran ini karena melihat banyak ulama yang sibuk dengan masalah keduniawian dan keilmuan di bidang sains dan melupakan agama, maka dengan  teori Israqiyahnya Syuhrawardi mengatakan bahwa yang essensi-lah ( mahiyah) yang penting dan eksistensi itu tidak terlalu penting, dan selain dengan logika harus dengan intuisi dan sufi untuk mendapatkan hakikat. Filsafat ilmuninasi terkenal dengan analogi cahayanya. Bahwa Tuhan merupakan cahaya tertinggi dan kita sebagai cahaya yang kecil dibawah cahaya Tuhan. Pada zaman ini orang lebih cenderung kepada Irfan dan tasawuf lebih mementingkan hakikat daripada eksistensi/wujud.

3.Transendensi ( Hikmah Mutaaliyah)

Orang yang membawa aliran ini adalah Mulla Sadra yang telah lahir 400 tahun yang lalu, Mulla Sadra lebih canggih karena menyatukan antara intuisi yang berasal dari kaum sufi dengan metodologi metafisikanya, logika metodologi filsafatnya dan juga  mengambil dalil naqli atau berasal dari Al-qur’an.Sehingga Mulla Sadra mengatakan bahwa wujud itu lebih penting dan wujud itu merupakan aksiden dari essensi. Mulla Sadra juga mengatakan Cara untuk mendapatkan hakikat Mulla Sadra ada 4 cara antara lain maqom ke hadits, hadits ke maqom, maqom ke maqom, hadits ke hadits. Dan teorinya hampir mirip dengan ilmuniasi bahwa yang membedakan mahluk yang satu dengan yang lain tergantung dari gradasi wujudnya. Semakin besar cahaya dari mahluk itu maka semakin besar kemungkinan akan bertemu dengan Tuhan, maka Filsafat Mulla Sadra ini disebut dengan filsafat transendensi karena berjalan menuju kesempurnaan.

Pada zaman Mulla Sadra seperti sekarang ini, semua bidang maju karena Mulla Sadra dalam kitab “asfar Al-arba’ah” mengatakan bahwa untuk mencapai hakikat kita bisa menggunakan 4 cara :

1.Dari mahluk ke mahluk

Jadi untuk kita sampai kepada hakikat kita bisa memakai menggunakan cara ini dengan mencari dalil-dalil dari ciptaan Tuhan sehingga kita bisa bertemu dengan hakikat Tuhan sebenarnya, banyak ilmuwan yang mempelajari tentang mahluk Tuhan dan sampai kepada kesimpulan mereka menemukan Tuhan/ Alloh.

2.Dari Qodim ke Hadits

Perjalanan Tuhan ke mahluknya, ini dikhususkan bagi nabi dan Rasul Tuhan. Yaitu Tuhan menurunkan wahyu kepada manusia pilihan yaitu rasul sebagai penyampai risalah dan memberikan pemahaman serta hakikat kepada umatnya.

3.Dari Hadits ke Qadim

Ini dipahami bahwa untuk mencapai Tuhan, maka kita harus berjalan naik transendensi menuju kesempurnaan, dengan membersihkan jiwa dan akhlak kita agar  bisa bertemu dengan Tuhan.

4.Dari Qadim ke Qadim

Perjalanan dari Tuhan menuju Tuhan

Sehingga dengan adanya pemikiran ini orang-orang ada yang mencoba untuk sampai kepada hakikat dengan cara 1, 2, 3 atau 4.

Sehingga ada orang yang menjadi ulama, ilmuwan, pemikiran, dan penemuan dalam bidang sains terus maju dan tidak berhenti seperti di Indonesia.

Mulla Sadra pernah mengatakan “bahwa seluruh keberadaan yang hadir pada alam ini baik itu yang materi, tumbuhan, hewan dan juga manusia , semuanya sedang bergerak menuju keberadaan-keberadaan yang lebih sempurna dan akan dibangkitkan dengan keberadaan-keberadaan yang sesuai dengan dirinya pada alam akal dan alam barzakh”. Dari perkataan beliau jelaslah bahwa semua mahluk Alloh sedang transendensi bergerak menuju kesempurnaan, kita masa sekarang dan masa lalu tentu berbeda. Dan mungkin akan berubah juga nanti ketika masa depan dan fitrah manusia selalu ingin menjadi lebih baik dan sempurna atau dalam istilah Mulla Sadra dinamakan “haroqah al-jauhariyah” yaitu pergerakan mahluk menuju kesempurnaan baik itu menuju menjadi pribadi yang baik, orang kaya dan lain-lain. Tapi, yang dimaksud Mulla Sadra ini adalah menuju yang maha sempurna yaitu Alloh SWT.

Jadi, kesimpulannya tugas kita sebagai pemuda Muslim adalah menjaga aqidah dan kebudayaan Islam kita jangan sampai tercampuri dengan budaya Barat atau terlena dengan budaya Barat yang menjauhkan kita kepada Islam dan Alloh SWT. Membangkitkan kembali kejayaan dalam bidang sains, keagamaan dan spiritual umat Islam sehingga menjadi maju dan bisa menjadi agama yang Rahmatan lil alamin..

Dan juga jadi pemimpin dan bukan jadi budak yang tertindas di negaranya sendiri dan memberi cahaya bagi seluruh manusia dan harum diseluruh dunia. Menjadi pemuda yang selalu naik menjadi lebih baik dalam segala bidang baik dalam bidang akhlak, ekonomi, sosial, dan semoga kita bisa bertemu dengan Alloh SWT disurga dan dibangkitkan oleh Alloh di padang mahsyar sebagai manusia dan masuk surga. Di dunia sejahtera dan di akhirat masuk surga. Dan Anda dan juga saya mungkin telah mulai melakukan apa yang disebut dengan “haraqah al-jauhariyah” yaitu pergerakan jiwa dan akal menuju kesempurnaan setelah membaca esai saya ini.

Aamiin...

Sekian..

QUOTES :

Jika kita ingin berubah atau sukses maka rubah dahulu pola pikir (mindset) kita

Leo Tolstoy pernah mengatakan

Dulu aku berpikir ingin merubah dunia tapi aku tidak bisa karena aku telah tua, lalu aku memutuskan untuk merubah kotaku ternyata masih susah, lalu aku memutuskan untuk merubah keluargaku, tapi ternyata masih susah, dan akhirnya aku memutuskan untuk merubah diriku sendiri. Coba dahulu aku merubah diriku sendiri, mungkin aku bisa merubah keluargaku, kemudian kotaku dan kemudian merubah dunia

Wassalamualaikum Wr. Wb

Referensi :

Lihat Seyyed Hossein Nasr,  Tiga Aliran Filsafat Islam,

Lihat Mulyadi Kartanegara, Gerbang kearifan,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline