Lihat ke Halaman Asli

Muhammad husni

Manusia biasa

Feminisme Hari Ini

Diperbarui: 10 November 2022   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semakin kesini, aktifis feminis semakin tidak jelas arah gerakannya, bahkan menganggap dunia saat ini sangat patriarki dalam prakteknya, parahnya, mereka ini(oknum tentunya) suka banget menuduh islam sebagai agama fundamentalis yang patriarki, mendiskreditkan kaum hawa, mengekang perempuan, dan menganggap islam anti pada kebebasan.

Padahal jika mau mempelajari islam dg akal sedikit saja, maka akan terbuka hijab dirinya dan kemulyaan ajaran islam secara nyata. Seperti contoh dalam kitab fiqhul mar'ah, dikiaskan bahwa laki-laki adl siang, dan perempuan adl malam. 

Pertanyaannya, manakah yang lebih baik? Tentu kita menjawab bahwa keduanya memiliki derajat yg sama baik sesuai fungsinya masing-masing. Bayangkan dunia tanpa malam, maka hari-hari akan menjadi lelah karna terus bekerja dan panas karna terik menyengat, pun jika hanya ada malam tanpa siang, maka tidak akan sehat kita dan ekosistem semesta akan hancur, hanya ada tidur tanpa kerja, dan hanya ada kesunyian yang berkepanjangan. 

Dalam islam, baik laki-laki maupun perempuan memiliki derajat yang mulia, hanya saja tanggung-jawab pria lebih besar, sehingga dikatakan bahwa ar-rijalu qowwamuna alannisa. Baik kaum adam maupun kaum hawa, keduanya sama-sama mulia, tapi kita tetaplah berbeda, tak peduli feminisme menuntut kesetaraan gender seperti yang digaungkan, lagipula, saat ini mereka hanya menuntut kesetaraan untuk prestise, ngejar yang diatas aja, tapi mereka tidak pernah menuntut perempuan disamakan dalam hal pekerjaan kasar seperti mengaspal jalan, mencangkul sawah, dsb.

Suka maupun tidak, Struktur penciptaan pria dan wanita berbeda, seorang pria dibekali otot dan logika yang lebih kuat sebagai bekal bekerja lebih giat, dan mengambil keputusan dg cepat dan seorang perempuan dibekali perasaan yang lebih halus, sebagai bekal untuk menjadi qurrota a'yun(penyenang hati penenang jiwa), serta sebagai pendidik peradaban berkelanjutan(Al Ummu madrosatu ula).

Husni Samudra

Jember, 10 November 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline