Lihat ke Halaman Asli

Hadist Keutamaan 10 Hari Awal, Tengah, dan Akhir Ramadhan Itu Dha'if

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada sebuah diskusi bersama seorang dosen saat acara workshop "Ushul Fiqh" yang diadakan oleh pembina program beasiswa kami sejak awal hingga sepuluh Ramadhan kemarin, ada sebuah pertanyaan yang diajukan oleh Pak Dosen kepada kami berkaitan dengan sebuah hadis yang menguraikan tentang keutamaan Ramadhan yang berbunyi "Ramadhan itu awalnya adalah rahmat, pertengahannya ampunan, dan akhirnya adalah kebebasan dari api neraka".

Berkenaan dengan hadis yang saya kutip diatas, dari berbagai sumber yang saya baca ternyata hadits tersebut bermasalah dari segi sanad dan kekuatannya jalur periwayatannya. Hadits ini memang sangat populer di tengah masyarakat, khususnya selama bulan Ramadhan. Dengan hadits ini, para penceramah banyak mengajak orang-orang agar memanfaatkan bulan Ramadhan untuk khusyu' beribadah, agar mendapatkan tiga mcam hal yang berupa rahmat, ampunan, serta pembebasan dari neraka

Menurut Prof. Ali Mutstafa Ya'qub, MA, salah seorang pakar hadits di Indonesia. Beliau mengatakan hadits itu memang bermasalah dari segi periwayatannya. Sebenarnya hadits ini diriwayatkan tidak hanya lewat satu jalur saja, namun ada dua jalur. Sayangnya, menurut beliau, kedua jalur itu tetap saja bermasalah. Salah satu jalur periwayatan hadits ini versinya adalah seperti berikut:

أَوَّلُ شَهْرِ رَمَضَان رَحْمَة وَأَوْسَطُهُ مَغْفِرَة وَآخِرُهُ عِتْقٌ مِنَ النَّار

Bulan Ramadhan, awalnya rahmah, tengah-tengahnya maghfirah & akhirnya adl pembebasan dari neraka.

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-'Uqaili dalam kitab khusus tentang hadits dha'if yg berjudul Adh-Dhu'afa'. Juga diriwayatkan oleh Al-Khatib Al-Baghdadi dalam kitabnya Tarikh Baghdad. Serta diriwayatkan juga oleh Ibnu Adiy, Ad-Dailami, & Ibnu Asakir. Mereka Yang mendhaifkan (menganggap lemah) di antara para ahli hadits yang mempermasalahkan riwayat ini antara lain:

1. Imam As-Suyuthi

Beliau mengatakan bahwa hadits ini dhaif (lemah periwayatannya).

2. Syeikh Al-Albani

Beliau mengatakan bahwa riwayat ini statusnya munkar. Jadi sebenarnya antara keduanya tdk terjadi pertentangan. Hadits munkar sebenarnya termasuk ke dalam jajaran hadits dhaif juga. Sebagai hadits munkar, dia menempati urutan ketiga setelah hadits matruk (semi palsu) & maudhu' (palsu).

Sementara sanadnya adalah:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline