Bulan di Balik Daun Kelapa.
Malam panjang disisa-sisa Jumat yang masi harum.Nyayian-nyayian jangkrik dirumput-rumput silet terus menjerit merintih menikmati malam.
Sepertiga malam di teras kosan, sendiri merawat ingatan dengan kopi, lalayon, dan tentang mu. Hadir mengisih segala ruang disetiap sunyi yang berbunyi.
Gelap dan gemilangnya malam semakin megah saat bulan bersembunyi malu dibalik daun kelapa. Bintang-bintang tak mendekat, menjauh menciptakan rindu diantara jarak.
Sinarnya menjelma menjadi keindahan yang luar biasa. Cahayanya hadir membunuh gelap menenangkan hati, dan aku tenggelam diantara keduanya.
Malam makin larut dan bulan perlahan turun. Tentang mu belum juga hilang. Sebab bulan, kopi, dan Lalayon memaksa ku untuk terus tengelam bersama mu.
Dan aku menerima itu sebagai manifestasi Tuhan paling terbaik, terimakasi telah menjadi seseorang yang bisa ku kagumi dengan rindu-rindu saat bulan hadir.
Kau dan bulan. Harap ku, jangan pernah pulang lama sebab, disini aku selalu menanti dengan kebesaran harapan dimasa datang tetap bersama mu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H