Lihat ke Halaman Asli

Aku Jatuh Cinta pada Lalayon

Diperbarui: 5 Mei 2023   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berkebaya adat tanpa hias bedak era kini. Tangannya mengalun diiringi tatapan mata yang melirik tajam juga ayu pada lengsonya yang melambai.

Penari penikmat lalayon, ia tersipu pada langkahnya yang dikuti. Punggungnya membungkuk seakan beri hormat untuk ditemani.

Lalayon telah melebur bersama nyanyiannya dan juga melodinya. Ia memikat erat kedua kasih yang bercinta dengan mengenakan kebaya adat.

Saling lirik, meminta tabea. Lelaki itu mengiringinya dalam dekat yang bervariasi. Tiva ditabu dan fiol terus diiris naik turun oleh seorang kakek.

Sedang nyanyian suara tinggi tak Kela hebat dari mama-mama yang menyanyi sambil mengunyah pinang siri yang ditawari dengan kapur.

Terdengar, "Pisi badan reni lolow, sedangkan pisi wlow reni lolow pa". Artinya, "Sakit badan masih ada obat, sedangkan saki hati tidak ada obat".

Syair-syair yang disebut kabata lalayon ini terus menggema melahirkan pilu yang dibunuh dengan teriak haru. Sioo rela minyow taylamay. Suka luka, juga putus cinta akan teringat dalam sekejap, jika lalayon sudah mengalun.

Ternate, 5 Mei 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline