Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Hasan Fauzan

Murid SMAN 1 PADALARANG

Kritik Film Godzilla: King of the Monsters

Diperbarui: 9 Maret 2021   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kritik film Godzilla

Godzilla: King of the Monsters adalah salah satu film yang paling ditunggu di tahun 2019. Benar, film ini tampil apik dengan memadukan visual dan aksi yang epik hingga sosok Godzila dan Kaiju yang legendaris.

Namun, pendapat yang brbeda datang dari sisi lain ketika menyebutkan bahwa film Godzilla: King of the Monsters, pengembangan cerita maupun karakter manusia, maka sebagian penikmat film akan kecewa. Perpecahan ini menimbulkan rekasi yang beragam dan 'perpecahan' pada penilaian pada film itu sendiri. Ada yang memberikan bintang satu dan ada juga yang menganggap film ini menyenangkan.

Dari trailernya saja kamu sudah tahu bagaimana film ini akan berjalan. Benar, Godzilla akan bertarung dengan para Titan yang lain. Tentu saja, Inti ini yang disajikan di sepanjang film. Penuh ketegangan? Tentu saja. Detak jantung Godzilla saja sudah membuat studio bioskop terasa gempar. Apalagi, ketika pertarungan dimulai. Penonton akan dibuat menahan nafas ketika menonton filmnya. Chaos!

Itu bagian pertengahan, bagaimana dengan bagian awal? Film ini masih menampilkan beberapa drama yang sebenarnya tidak perlu dibahas terlalu dalam. Siapa pun yang menonton film Godzilla pertama di tahun 2014, pasti mengetahui bagaimana hubungan antara Emma dan Mark serta bersama anak-anaknya, hingga hubungannya dengan Godzilla yang datang memporak-porandakan kota. Sebuah sisi emosi yang sebenarnya sah-sah saja diceritakan. Namun, di sini terlalu drama dan bertele-tele.

Sisanya, kita semua yang menonton memang akan diperlihatkan bagaimana pertarungan dimainkan oleh para monster. Gelap, benar-benar gelap dan tentu saja chaos. Suasana ini yang dibangun sejak awal film. Seakan-akan manusia memang tidak berdaya ketika harus berhadapan dengan sekelompok monster ini.

Dari ini kamu juga akan mengetahui bagaimana kelompok monster yang dikira hanya mitos memang benar-benar ada. Mereka hidup di sebuah garis lurus dengan perut bumi. Bahkan, kamu akan melihat bagaimana masa-masa hibernasi Godzilla di film ini.

Poin ini yang sebenarnya menjadi kekuatan dari film Godzilla: King of the Monsters. Semuanya didukung dengan visualisasi yang menakjubkan. Meski dibumbui dengan tone yang sangat gelap, namun visualisasi ini setidaknya berhasil dimainkan dengan cantik oleh tim kreatif film Godzilla: King of the Monsters. 

Detil-setil guratan tubuh Godzilla benar-benar terasa di sini. Belum lagi, sosok bernama Monthra yang disebut "The Queen of Monsters" juga tak kalah anggun dan cantik. Sisanya. 

Meskipun mampu menampilkan pertarungan yang epik dan visualnya oke punya, namun konflik yang coba disisipkan di dalam film ini terlalu campur aduk. Bahkan, cenderung bertele-tele. Terlalu banyak selipan drama yang disajikan di beberapa plot menjadikan film ini terasa hambar.

Begitu pula dengan beberapa aktor yang terlibat memadukan konflik ini tidak mampu menunjukkan sisi emosinya. Vera Farmiga tidak selalu tampil bagus seperti ketika ia membintangi film-film horor. Namun, yang menarik adalah bagaimana emosi yang disalurkan oleh pemeran Mark dan Dr. Serizawa yaitu Kyle Chandler dan Ken Watanabe.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline