Lihat ke Halaman Asli

Pemerintah, ‘Tidak Becus’ untuk Menentukan Awal dan Akhir Ramadhan

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ceritamu.com

Brosis, terkadang ada sesuatu yang memang  tidak harus dilempar ke forum, jika akan berdampak kepada perpecahan, perselisihan serta gejolak sosial. Dan ada juga kebijakan yang memang harus dibahas bersama-sama demi kemaslahatan orang banyak.  Mungkin itu terlihat lebih bijak bila dibandingkan harus membuat kisruh di masyarakat dan menciptakan perbedaan. Seharusnya pemerintah itu lebih bijak dan mengurangi  perselisihan di tengah-tengah masyarakat, bukan malah menciptakan perbedaan itu.

Misalkan  penentuan awal dan akhir Ramadhan saja, harus mengundang media untuk hadir di sidang isbat, yang lucu-nya bukan memberikan keputusan atau pernyataan langsung mengenai awal bulan Ramadhan, eeh ini maah justru masih minta pendapat organisasi ini laah, ituu laah untuk memasitikan awal dan akhir bulan Ramadhan. Dan sempat beredar isu, untuk mengadakan sidang isbat saja, negara harus mengeluarkan anggaran berlebihan.  Atau jangan-jangan sidang isbat dijadikan ‘modus’ tahunan untuk memperoleh keuntungan atau juga proyek ‘potong’ kue?

Jadi inget bagaimana Pak Tarmizi Taher, menteri agama di era Soeharto ketika ia mengumumkan awal bulan Ramadhan, tidak perlu basa-basi dia langsung menentukan, “ Pemerintah dalam hal ini departemen agama Republik Indonesia  mengumumkan bahwa awal bulan Ramadhan bertepatan dengan tanggal ( sekian) bulan ( sekian ).” Dan diakhiri dengan, “ Selamat Menunaikan Ibadan Puasa” ==Selesai= nggak perlu adu otot, nggak perlu berselisih paham, mazhab ini bilang A, organisasi ini bilang C, dan ujung-ujung-nya,’ silahkan menentukan awal bulan Ramadhan sendiri-sendiri.’

[caption id="" align="alignnone" width="300" caption="ceritamu.com"][/caption]

Alhasil, dari tahun ketahun masyarakat dibuat gelisah dengan perbedaan itu. Taruh saja kejadian tahun lalu, bagaimana kecewanya para ibu rumah tangga yang sudah membuat ketupat sayur, harus dibuang lantaran basi. Apa kabarnyaaaaaaa dengan nasib para pengusaha catering? Harus menanggung rugi bukan?!

Sebagai kata penutup ‘ We Love Pak Harto’?

<<< SUMBER >>>

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline